Pdm. Hiruniko Ruben Siregar, M.Th
Yoh. 4:1-30
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal. (Yohanes 4:14)
Yesus memulai percakapan dengan wanita Samaria ini dengan berkata: “Berilah aku minum.” Apakah dalam kisah ini Yesus sungguh-sungguh haus atau tidak, tidak seorangpun mengetahuinya, tetapi perkataan Yesus tersebut merupakan suatu pembuka percakapan yang tepat. Pertama, perempuan tersebut memang sedang menimba air. Kedua, inisiatif dimulai oleh Yesus. Ketiga, wanita tersebut memang dalam kekeringan batin. “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” adalah tanggapan yang diberikan oleh sang wanita, yang menunjukkan bahwa ia merasa tidak layak. Secara positif Yesus memanfaatkan situasi ini untuk menjangkau wanita ini. Yesus berkata bahwa wanita tersebut tidak mengenal Yesus; seandainya ia mengenal Yesus, maka tentu ia akan meminta air hidup kepada Yesus. Umpan percakapan seperti ini jelas mendapat tanggapan atau reaksi spontan dari wanita Samaria tersebut.
Yesus menunjukkan keilahianNya melalui hikmatNya dengan meminta wanita tersebut memanggil suaminya. Wanita ini terkejut dengan permintaan Yesus, karena itu sesungguhnya adalah persoalan terbesar yang sedang ia hadapi dalam hidupnya yang disebabkan oleh kehampaan batinnya. Ketika Yesus mengatakan siapa yang minum air akan haus lagi, Ia mengunakan kata dipsao (Yun.) yang berarti menderita karena kehausan. Ia hendak menunjuk keadaan wanita itu. Pernyataan Tuhan Yesus bahwa ia telah memiliki lima suami dan yang bersama dengan diapun bukan suaminya, menunjukkan keilahian Tuhan dan menyadarkan wanita tersebut bahwa ia sedang berhadapan dengan Mesias, Juruselamat, Tuhan Yesus. Percakapan selanjutnya menunjukkan bahwa kemudian ia percaya kepada Yesus (ay. 29), bahkan kemudian ia memberitakan Yesus kepada seisi kota Samaria, dan akibat kesaksiannya, banyak orang kemudian turut menjadi percaya.
Melalui cerita ini, ada beberapa hal dapat kita pelajari sebagai pelajaran rohani:
1. Yesus selalu memulai dan menjadi inisiator dalam segala sesuatu, apalagi dalam menjangkau setiap orang untuk datang kepada Dia, untuk menerima anugerah kekal. Dan Ia akan memanfaatkan setiap situasi, setiap momen untuk membawa kita kepada pertobatan, pengenalan akan Tuhan. Bila Tuhan bersikap seperti itu kepada orang-orang yang berusaha mencari Dia, maka terlebih lagi kita orang-orang yang telah percaya kepada Dia.
2. Gairah, keingintahuan dan kehausan akan Allah mendahului pengetahuan, namun menuntun kepada pengetahuan. Ini yang terjadi dengan perempuan Samaria itu (Yoh. 4:15). Keadaan ini sesungguhnya mempersiapkan orang untuk menerima dan mengenal Tuhan dalam pengenalan dan pemahaman yang sejati dalam akal budinya.
3. Menerima Tuhan Yesus akan membuat kita memiliki mata air yang hidup. Mata air ini merupakan perlambangan akan ajaran Tuhan, yang menjelaskan dan memberikan karunia dan anugerah Roh Kudus, yang mengalir dari Allah sebagai sumber mata air yang masuk ke dalam hati yang percaya melalui Roh Kudus. Tidak ada kehidupan kekal tanpa Roh Kudus; tidak ada Roh Kudus tanpa Kristus; dan tidak ada Kristus yang memberi Roh tanpa Ia bertahta dalam hati dengan percaya kepada Dia.
Marilah datang kepada Dia dengan kehausan dan kelaparan agar kita beroleh pemenuhan.
Bahan pendalaman:
- Apa yang dimaksud Yesus ketika ia berkata “Akulah air hidup”?
- Mengapa rasa “kehausan” akan firman itu sangat penting?