Pdm. Hiruniko Ruben
Markus 7:14-23
“… tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati, tetapi ke dalam perutnya lalu dibuang di jamban?” …” (Markus 7:18-19).
Di dalam perikop ini, Yesus hendak menyatakan kepada orang-orang Yahudi pada saat itu, bahwa mereka tidak boleh mengabaikan kebenaran firman. Atau, lebih dari itu, mengganti kebenaran firman dengan suatu perbuatan, sekalipun itu amal baik.
Contoh yang Yesus berikan adalah, bahwa perintah Allah menyatakan bahwa setiap orang harus menghormati orang tua. Perintah ini memberikan tanggung jawab lanjutan bahwa anak-anak mereka harus merawat orangtua mereka ketika orangtua tersebut beranjak tua. Tetapi orang-orang Yahudi pada saat itu mengabaikan orangtua mereka dan menganggap perintah itu menjadi batal karena mereka telah mempersembahkan uang yang seharusnya untuk merawat orangtua mereka kepada bait Allah. “Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban — yaitu persembahan kepada Allah –, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.” (Markus 7:10-13)
Ini adalah gambaran pembatalan firman Tuhan. Banyak contoh lain kata Tuhan Yesus. Contoh yang lain, yang Ia berikan secara tersirat adalah bahwa orang-orang Yahudi memiliki pantangan-pantangan makanan sesuai aturan Taurat yang berlaku. Tetapi untuk itu, Tuhan kemudian berkata, “bukan yang masuk ke dalam yang menajiskan orang, tetapi apa yang menajiskannya adalah apa yang keluar dari hati!”
Pada zaman sekarang seringkali orang-orang berdebat bahwa makanan ini atau itu dan minuman ini atau itu adalah haram dan tidak boleh dikonsumsi. Perdebatan begitu sengit, sehingga itu malah membuat kita melanggar perintah Allah: “Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri” (Rom. 15:1). Bukannya menangung kelemahan orang-orang lain, kita malah menuding kelemahan-kelemahan mereka.
Yang penting bukan apa pendirian kita: boleh makan ini dan itu atau tidak boleh makan ini dan itu. Tetapi yang penting adalah sikap kita kepada saudara-saudara kita. Jika hati kita bersih, pastilah tindakan yang dilakukan juga bersih, demikian berlaku sebaliknya. Memang hati manusia (niat, pikiran, kehendak) tidak kelihatan, tetapi pasti akan tercermin melalui tindakannya. Tradisi yang baik sekalipun akan menjadi tidak baik jika hati tidak bersih. Oleh karena itu hati kita perlu disucikan oleh kebenaran Firman Tuhan. Hanya melalui firman saja hati kita dapat mengerti apa yang baik menurut Tuhan.
Supaya hati bersih, perlu ada upaya untuk menjaganya. Itulah sebabnya kita harus membangun hubungan yang intim dengan Tuhan setiap waktu. Hidup takut akan Tuhan dan menjauhi dosa. Hati kita hanya dapat bersih jika berada dan diisi oleh sumber yang bersih. Itulah sebabnya kita harus melekat setiap waktu dengan pokok yang benar, yaitu Yesus Kristus.
Hati yang bersih terlihat dari setiap tindakan kita yang menyatakan kebenaran.
Bahan pendalaman:
- Apakah yang bisa menajiskan manusia?
- Bagaimana cara menjaga hati kita tetap bersih?