Pdm. Hiruniko R. Siregar, M.Th
1 Tesalonika 5:14-21
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)
Ada 2 orang dalam situasi yang sama yaitu dalam kesusahan di penjara namun mempunyai sikap yang berbeda. Yang seorang menanggapi keadaan itu dengan keluhan dan orang kedua menanggapi peristiwa itu dengan ucapan syukur.
Betapa tidak orang pertama yang selalu mengeluh itu melihat hidup dari sisi yang jelek. Orang ini selalu mengeluh karena ia pesimis ia akan dapat keluar dari penjara dengan cepat. Makanya ia selalu mengeluh dan tidak pernah puas. Sebenarnya orang ini bisa saja menikmati keadaan di penjara tapi hidupnya selama di penjara, tidak pernah puas.
Berbeda dengan orang yang kedua, orang yang kedua ini selalu optimis bahwa ia akan keluar dari penjara dengan cepat dan setidaknya ia masih bisa menikmati makan, minum walau dalam penjara. Ia mensyukuri apa yang telah terjadi. Hari-hari yang dijalani orang kedua ini selalu penuh sukacita dan ketenangan walaupun berada dalam penjara.
Masih banyak lagi contoh kasus dimana seseorang lebih suka mengeluh daripada bersyukur. Seseorang yang selalu mengeluh dalam hidupnya, tidak pernah merasa puas dalam hidupnya, dan selalu merasa kekurangan. Diberi berkat oleh Tuhan suami yang baik dan perhatian, masih tidak puas. Sudah punya mobil 1 di rumah masih tidak puas dan mengeluh. Sudah diberi uang makan Rp 10 juta oleh suami masih tidak puas dan selalu mengatakan kurang, kurang dan kurang. Tidak pernah mengatakan,” Berkat Tuhan itu cukup bagiku.”
Alangkah bodohnya kita kalau kita selalu mengeluh dan tidak pernah bisa menerima apa yang Tuhan beri dengan ucapan syukur.
Paulus senantiasa mengingatkan kepada setiap jemaatnya yang diinjilinya untuk mengucap syukur senantiasa dalam segala hal. ( I Tesalonika 5:18). Hal ini dimaksudkan supaya kita semua bisa berterima kasih dalam segala keadaan baik itu suka maupun duka, sehat atau sakit, ada berkat atau kekurangan, bisa mengucap syukur dalam segala keadaan.
Bangsa Israel adalah bangsa yang selalu bersungut-sungut dan mengeluh. Mereka tidak pernah merasa puas. Setelah mereka keluar dari tanah Mesir, mereka berjalan di padang gurun dan mereka mengeluh haus. Akhirnya Tuhan memberi air tapi kembali protes karena airnya pahit dan kemudian Tuhan memberikan air yang manis untuk diminum; saat mereka kelaparan, mereka protes dan mengeluh lagi dan akhirnya Tuhan memberikan manna untuk mereka makan dan daging burung puyuh sampai mereka kenyang.( Kel 17:3; 16:2-3)
Bangsa Israel selalu mengeluh karena merasa tidak pernah puas dengan berkat Tuhan. Ada saat dimana Tuhan akhirnya menghukum bangsa Israel karena mereka selalu bersungut-sungut. Pada akhirnya yang berhak masuk ke tanah perjanjian adalah generasi yang baru, tidak seorangpun dari generasi umat Israel yang keluar dari Mesir masuk ke tanah perjanjian, mereka mati di padang gurun karena tidak mengucap syukur. Apakah kita sama dengan bangsa Israel yang tidak tahu berterima kasih atau kita termasuk orang yang selalu bersyukur dalam suka dan duka?
Mengucap syukur senantiasa adalah bukti bahwa kita percaya Tuhan menyertai.
Bahan pendalaman:
- Apa yang seringkali membuat Anda tidak mengucap syukur?
- Apa yang terjadi pada bangsa Israel ketika mereka bersungut-sungut?