“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke haribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu. ” (Lukas 6: 38)
Jose Mujica adalah mantan presiden Urugay periode 1 Maret 2010 – 1 Maret 2015. Dia adalah presiden yang terkenal dengan kerendahan hati, kesederhanaan dan kemurahan hatinya. Gajinya hanya diambil 10% untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sedangkan 90% gajinya diserahkan buat membantu rakyatnya. Selama menjadi presiden dia tinggal bukan di istana kepresidenan, melainkan di rumah sederhananya di area pertanian. Dia dan keluarga hanya dijaga 2 orang polisi dan seekor anjing cacat berkaki 3. Dia sangat dicintai rakyatnya dan menginginkan dia terus menjabat presiden, namun undang- undang di negara tersebut memperbolehkan hanya 1 periode. Saat dinobatkan sebagai presiden termiskin Mujica justru berkata bahwa orang miskin adalah mereka yang hanya bekerja untuk mempertahankan gaya hidup yang mahal dan mereka yang selalu menginginkan lebih dan lebih.
Presiden Mujica mungkin adalah salah satu pribadi yang patut diteladani dalam kemurahan hati. Ia bahagia hidup dalam kesederhanaan meski posisinya sebagai penguasa tertinggi di negaranya. Ia hidup dan bekerja bukan untuk dirinya melainkan untuk memberi tanpa berharap balasan. Ia tidak merasa tergangggu dengan apa yang dipikirkan orang lain dengan keadaannya.
Sebagai orang beriman kepadaNya sudah seharusnya kita memiliki sikap hidup murah hati. Murah hati sering diartikan sempit sebagai gaya hidup royal, tidak pelit, banyak memberi. Jika kita baca dalam kamus, murah hati di definisikan sebagai perilaku yang mudah memberi, tidak pelit tapi juga penyayang, penuh kasih, suka menolong dan baik hatinya. Sehingga murah hati bukanlah semata mata menyangkut materi saja, namun menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seseorang. Dengan demikian ketika si murah hati memberi, bukan karena dia sudah memiliki lebih atau karena sudah berkecukupan, tetapi dia dapat memberi meski dia masih kekurangan. Memberi pada saat kita kaya, atau berkelebihan itu mudah, tidak perlu tunggu pertobatan. Namun ketika kita mampu memberi padahal kita sedang membutuhkan, itu butuh pengorbanan. Mari kita belajar murah hati karena apa yang kita lakukan dengan motivasi yang tulus tidak akan pernah sia-sia. Apa yang kita tabur kelak akan kita tuai jika kita tidak menjadi lemah. [MM]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1: Apakah yang menjadi ukuran/pertimbangan Anda untuk memberi atau tidak memberi? P2: Bagaimana respon Anda terhadap kemewahan yang sering diperlihatkan teman di media sosialnya? apakah Anda ingin seperti mereka?
P1: Apakah yang menjadi ukuran/pertimbangan Anda untuk memberi atau tidak memberi? P2: Bagaimana respon Anda terhadap kemewahan yang sering diperlihatkan teman di media sosialnya? apakah Anda ingin seperti mereka?
Bilangan 11-13