“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yeasaya 40:31)
AHHHHHHHHHRRRRRRRRRRKKKKGGGGGGHHHHHHHHHHHH…. Masih bersarang di telingaku. Suara tangisan mu yang makin menjadi. Ketika awalnya kau merengek dengan manja kepadaku. Untuk memaksaku membuktikan kepadamu bahwa aku benar-benar mencintaimu. Dengan paksaan mesra, hingga amarah manjamu yang mengiris hatiku sampai aku lebih memilih mati daripada aku harus melanjutkan popularistasku. Hingga akhirnya, karena aku menyayangimu dengan setulus kebodohanku… kukatakan semua itu. Tangismu membunuhku dalam pilu. Begitulah isi suratku untuk kekasihku. Surat yang hanya bisa kutulis dalam daging kalbuku di tengah kegelapan pengelihatanku.
Temanku. Kamu semua memang tidak seberuntung aku yang terlahir istimewa. Selama hidupku, nyaris aku tidak pernah merasakan rasa takut. Dan keberanianku sekejap berganti menjadi ketakutan terbesarku. Ketakutan bahwa aku harus menerima siksaan dan hinaan dari mereka yang membenciku. Mereka yang seharusnya aku habisi tanpa kusisakan satu nyawapun. Di dalam kekuatanku, terselip kerapuhanku.
Kamu yang terlahir biasa, tanpa ke-super-an se-istimewa yang kumiliki… Biarlah itu justru membuatmu lebih menggantungkan diri kepada Tuhanmu, yang adalah Tuhanku juga. Janganlah bodoh seperti aku. Yang hanya mengandalkan Tuhan kita hanya ketika aku sedang membutuhkan DIA demi keberhasilanku untuk menang. Dan kini, kamu bisa meneladani aku justru dari kekalahan dan kehancuranku; bukan dari keberhasilanku. Bagaimana Temanku, sudahkah kamu membiarkan Tuhan berjalan di depanmu untuk menjadi pandu dan pelindungmu?! Janganlah segala kebisaanmu kau rasa mampu mengantarmu kepada berbagai keberhasilan dan kemenanganmu. Kini, tiang-tiang perkasa yang menindihku ini menjadi saksi. Dan, di sisa-sisa napasku yang memberat ini, pesan ini ku berikan kepadamu. Ya, jangan lupa mengandalkan Tuhan kita. Karena, segala kehebatan kitapun hanyalah pemberiannya. Dan bukankah kitapun hanyalah buatan tangan dahsyat-NYA?!
Salam pilu dari balik reruntuhan kuil dewa Filistin. Aku yang kuat tapi lemah; Simson bin Manoah. [AH]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1 : Apakah saya sudah mengandalkan Tuhan hari ini?? Apakah saya masih sibuk mencoba kehebatan saya sendiri yang saya rasa sepertinya akan sangat membuahkan keberhasilan??
P2 : Apakah saya sudah membiarkan Tuhan menuntun saya ataukah saya yang justru menuntun Tuhan?? Sampai kapan saya memilih berjalan tanpa TUHAN??
Bacaan: Ezra 5-7