“Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” (Amsal 14:12)
Seringkali yang membuat orang celaka adalah bukan jalan yang rusak dan kecil tapi jalan mulus yang lebar, seperti penulis Amsal katakan ada jalan yang terlihat lurus tapi berujung maut. Itu juga yang sedang dihadapi orang-orang Kristen di zaman ini. Ada beberapa bagian yang sering membuat kita terlena dan membahayakan kehidupan kerohanian kita. Banyak dari kita yang merasa sudah berbuat banyak bagi Tuhan, dan akibatnya malah terjatuh dalam kesombongan rohani. Salah satu yang paling sering tersamarkan dalam pelayanan kita adalah kita tak lagi memiliki ketulusan dalam melakukan “kebaikan” kita.
Selama masa pandemi ini, begitu banyak orang yang hidup dalam kesulitan dan kekurangan. Di lain pihak banyak juga orang yang tergerak untuk membantu melalui aksi sosial atau bakti sosial, baik dengan menyumbang uang, sembako, obat-obatan dan banyak hal lain. Tentunya itu adalah suatu hal yang sangat baik untuk kemanusiaan. Dan kita bisa lihat di medsos dan layar kaca, banyak dokumentasi tentang acara-acara seperti itu. Tanpa bermaksud menghakimi kalau kita perhatikan secara seksama banyak kegiatan membantu sesama ini menjadi acara eksploitasi kemiskinan dan hanya menjadi konten semata. Kita disuguhkan kesulitan dan penderitaan orang lain, kemudian sang pemberi bantuan datang seolah malaikat penyelamat yang bahkan ada yang sampai si penerima berlutut di depannya. Hal seperti ini bukanlah kebaikan, ini hanyalah eksploitasi kemiskinan. Sayangnya banyak orang Kristen pun dalam menjalankan praktek kasihnya, jatuh dalam hal yang serupa ketika mereka mengadakan aksi sosial diekspose dengan besar-besaran, padahal firman Tuhan jelas berkata, “jika engkau memberi… janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu”. Artinya lakukan kebaikan itu dalam senyap, jangan cari pujian dari orang lain atas kebaikan kita. Biarlah Tuhan yang menilai apa yang kita lakukan secara tersembunyi.
Daging kita memang selalu haus akan pujian dan sanjungan, karenanya sadarilah dan jauhilah, lakukan kebaikan dengan tulus bukan untuk mendapat timbal balik dalam bentuk apapun. Tanpa ketulusan, lambat laun kita akan terjebak dalam kesombongan rohani dan itulah dosa awal Iblis yang mendatangkan maut. Belajarlah untuk tulus, agar kita selamat sampai tujuan. Hati-hati di jalan! [CK]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1: Mari kita sama-sama mengkoreksi diri dan hati kita, sudahkah selama ini kita melakukan segala kebaikan atau pelayanan kita dengan didasari ketulusan atau masih ada motivasi lain yang tersembunyi?
P2: Kalau masih ada motivasi lain dalam kebaikan kita, langkah apa yang harus kita lakukan?
Bacaan: Ester 4-7