“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Filipi 2:5-7)
D.L. Moody dikenal sebagai penginjil termashyur pada akhir 1800-an. Banyak orang datang dari seluruh dunia untuk menghadiri Konferensi Alkitab tahunan yang diadakannya di Northfield, Massachusetts. Suatu kali, sekelompok pendeta dari Eropa ikut hadir dan mereka ditempatkan dalam kamar-kamar di asrama sekolah Alkitab. Seperti kebiasaan masyarakat di Eropa, para pria ini melepaskan sepatu mereka di luar pintu kamar dengan harapan agar dapat dibersihkan dan dipoles oleh pelayan pada malam harinya.
Namun tentu saja tidak ada pelayan di asrama itu. Saat Moody berjalan melewati aula untuk melakukan jam doa bagi para tamu konferensinya, dia melihat sepatu-sepatu itu dan menyadari apa yang telah terjadi. Dia mengutarakan masalah itu kepada beberapa mahasiswanya, tetapi tidak satu pun dari mereka yang menawarkan bantuan.
Tanpa berkata apa-apa lagi, sang penginjil mengumpulkan sepatu-sepatu itu dan membawa ke kamarnya sendiri. Ia mulai membersihkan dan memoles setiap pasang sepatu. Moody tidak memberi tahu siapa pun apa yang telah dia lakukan tetapi seorang teman yang kebetulan datang ke kamar saat ia menyemir sepatu dan membantunya menyelesaikan tugas itu. Temannya itulah yang kemudian menceritakan kisah tentang apa yang telah terjadi.
Sobat NK, D.L. Moody dipakai Tuhan menjadi Penginjil yang luar biasa pada masanya. Terlepas dari pujian dan ketenaran yang dia terima karena berkat Tuhan atas hidup dan pelayanannya, Moody tetap menjadi orang yang rendah hati. Promosi jabatan dan ketenarannya tidak membuat pribadinya berubah.
Alkitab mencatat ada 2 tokoh yang mengalami promosi namun menghasilkan respons yang berbeda. Saul yang dipromosikan menjadi raja Israel, awalnya adalah seorang yang rendah diri dan pemalu (1 Sam. 10 -11). Namun setelah meraih kemenangan dan kejayaan, pribadi Saul berkembang menjadi tidak sehat : tidak taat, terlalu percaya diri, melewati wewenang dan egois. Berbeda dengan Daud yang dipilih Tuhan menggantikan Saul sebagai raja Israel. Meskipun telah resmi diurapi menjadi raja, Daud tetap rendah hati dan rela melayani Saul (1 Sam.16), bahkan tidak mau mengambil haknya secara paksa.[SM]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1: Menurut anda, apa makna merendahkan diri yang Yesus lakukan menurut Filipi 2:5-8 ?
P2: Apa yang perlu kita lakukan agar kita dapat mengembangkan karakter yang sehat melalui kerendahan hati dan kerelaan melayani ?
Bacaan: Ayub 25-27