“Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.” (1 Timotius 3:6)
Ada seorang artis jebolan ajang pencarian bakat menyanyi yang meninggalkan kepercayaan lamanya untuk mengikut Kristus. Sejak pertobatannya, ia kemudian banyak diberi kesempatan untuk menyampaikan kesaksian pujian, berkeliling ke berbagai gereja dan persekutuan. Yang mengejutkan adalah ia kembali ke kepercayaan lama, setelah 13 tahun menjadi Kristen. Lagipula alasannya adalah karena ketakutan soal bagaimana nasibnya saat kematian menjemput nanti.
Tentu tak ada yang keliru menyampaikan kesaksian iman kepada orang lain, karena ada satu sisi tanggung jawab dimana setiap orang percaya dipanggil menjadi saksi-Nya. Namun ada sisi tanggung jawab lain yang harus juga dijalankan, yaitu keharusan untuk bertumbuh secara rohani. Terlalu sibuk pada sisi bersaksi tanpa mengisi diri sendiri dengan kebenaran yang membuat bertumbuh, akan menjadi hal berbahaya.
Untuk dapat menjalani pertumbuhan yang sehat, kita membutuhkan orang lain. Ada saudara seiman dan tentu gereja sebagai komunitas orang percaya yang menyediakan kebutuhan pemuridan untuk kedewasaan rohani. Kita perlu tertanam di dalamnya agar mendapatkan tempat untuk arahan, teguran, bimbingan dan penguatan.
Jika ada seorang petobat baru, apalagi kalau dia adalah seorang pesohor, gereja jangan buru-buru memberinya panggung pelayanan. Justru gereja bertugas memastikan bahwa pribadi tersebut mendapatkan kebutuhan rohani untuk mematangkan iman percayanya. Jika memang sudah mengikuti proses pertumbuhan, sedikit demi sedikit kepercayaan melayani bisa mulai diberikan kepadanya. Dasar yang kokoh terlebih dahulu akan menolongnya untuk kuat menghadapi masalah dan pencobaan yang menerpa. [JP]
P1: Dari pemaparan diatas, apakah yang menjadi sumber terjadinya pemnyangkalan iman kembali dari artis tersebut?
P2: Apakah yang bisa kita pelajari dan lakukan agar terhindar dari kejatuhan seperti kejadian diatas?