“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, perbuatlah juga demikian. (Kolose 3:13)
Pada bulan April 2016, Joyce Meyer, seorang penginjil dan penulis buku Kristen, mengungkapkan bahwa ayahnya pernah memperkosa dirinya setidaknya 200 kali ketika dia sedang tumbuh dewasa. “Ayah saya melakukan pelecehan seksual kepada saya selama bertahun-tahun. Ibu saya tahu apa yang sedang terjadi, dia hanya wanita yang sangat penakut yang tidak tahu bagaimana menangani ayah saya, jadi ibu saya membiarkan saja hal itu terjadi,” ungkapnya. Meyer menjelaskan bahwa ia butuh tiga tahun untuk merangkul orang tuanya dengan membawa mereka ke dokter, membayar tagihan mereka, merawat mereka dengan berbagai cara, dan membelikan rumah yang bagus, sebelum suatu hari ibunya memberi tahu bahwa ayahnya tiba-tiba saja menangis dan meminta Meyer untuk datang. Meyer bercerita bahwa sebenarnya, selama bertahun-tahun, ayahnya tidak hanya tidak pernah meminta maaf kepada dirinya, tetapi juga “tidak pernah mengakui apa yang pernah dia lakukan kepada dirinya.”
Tetapi dalam pertemuan yang penuh dengan air mata itu, akhirnya ayahnya berkata kepada Meyer, “Aku sangat menyesal atas apa yang telah kulakukan padamu ketika kamu masih kecil.” Ayahnya meminta Meyer untuk berdoa bersamanya, dia menerima Kristus, dan dibaptis 10 hari kemudian.
Apakah ini mudah? Tentu tidak. Joyce Meyer mengatakan bahwa Tuhanlah yang memampukan dirinya untuk mengampuni orang tuanya bahkan Tuhan jugalah yang memasukkan ke dalam hatinya keinginan dan kemampuan untuk berdamai dengan orang tuanya.
Sahabat NK, ada sebuah kalimat bijak berkata, “Pengampunan seperti mawar yang memancarkan keharuman bagi orang yang menginjaknya.” Yesus telah memberi teladan yang sempurna dalam hal ini. Dia rela memberikan diri-Nya disalibkan dan dihina, namun Dia “memancarkan keharuman” yang menuntun kita kepada keselamatan kekal. Inilah prinsip yang Yesus ajarkan. Dan, sebagai manusia baru yang terus-menerus diperbarui hingga serupa dengan Dia, kita perlu mengedepankan pengampunan. Darimanakah pengampunan itu seharusnya dimulai? Mulai dari keluarga. Marilah kita belajar mengampuni keluarga kita hari ini. Amin. [JEA]
P1: Sudahkah Anda mengampuni keluarga Anda?
P2: Tunjukkanlah kasih lewat perkataan dan perbuatan kepada keluarga Anda yang pernah bermasalah dengan Anda!