“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.” (Yakobus 1:22-23)
Seorang suku Afrika yang diberi sebuah cermin oleh seorang tamu. Ia menatap kaca itu dengan rasa ingin tahu, lalu berkomentar tentang betapa jeleknya orang yang ia lihat di cermin itu. Tatkala menyadari bahwa sebenarnya yang ia lihat adalah dirinya sendiri, ia menjadi sangat marah dan membanting cermin tersebut pada sebuah batu. Dari cermin kita bisa mendapatkan banyak pelajaran, bahwa dengan bercermin terhadap diri sendiri, kita dapat melihat kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Hal tersebut memicu kita untuk terus melakukan introspeksi diri. Kehidupan juga dapat di-ibaratkan seperti cermin, apa pun yang kamu perbuat setiap harinya merupakan cerminan isi hatimu.
Kitab Yakobus memberikan pengajaran kepada kita agar kekristenan kita bukan sekadar bersifat agamawi (lebih mementingkan ritual keagamaan daripada memahami esensi hidup kekristenan). Esensi hidup kekristenan adalah sebuah kehidupan baru di saat Injil masuk ke dalam hati seseorang. Injil memberikan hidup yang baru artinya hidup yang dikendalikan oleh Roh Kudus yang memerdekakan kita dari ikatan dosa sehingga menghasilkan perbuatan-perbuatan yang memuliakan Nama Tuhan. Iman yang tanpa disertai perbuatan hakekatnya mati (Yakobus 2:20). Inilah cerminan iman, dari perbuatan-perbuatan yang kita lakukan orang disekitar kita dapat melihat iman yang tersembunyi dalam hati. Firman Tuhan merupakan cermin untuk kalibrasi hati kita. Setiap saat kita harus senantiasa menyelaraskan hati dan Tindakan kita agar sesuai dengan Firman-Nya. Oleh sebab itu bacalah Alkitab setiap hari dan kemudian renungkanlah sebagai refleksi hidup, mintalah iluminasi Roh Kudus agar dapat memahami isi hati Tuhan kita. Target dari iman dan Tindakan kita adalah keserupaan dengan Kristus. Kiranya pembaca yang terkasih dapat mengkalibrasi hati melalui Firman Tuhan hingga mencapai kemaksimalan hidup dalam pemakaian-Nya, kehidupan yang menjadi berkat bagi semua orang. [DS]
P1 : Apa pengertiannya “menjadi pelaku Firman” pada ayat tersebut di atas?
P2 : Bagaimanakah aplikasinya menjadi pelaku Firman dalam kehidupan sehari-hari?