“Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!” (Roma 12:16)
Ada dua ekor kera yang bersahabat. Kera yang satu buta tetapi pandai dan lincah memanjat pohon, sedangkan yang satunya lagi kera gendut yang kurang lincah memanjat pohon namun kedua matanya ‘awas’. Kedua ekor kera itu saling melengkapi dan bekerja sama untuk mencari makanan mereka. Yang ‘awas’ menuntun yang buta ke bawah pohon pisang, lalu yang buta itu akan memanjat pohon pisang dan memetik buah pisang. Begitulah, kedua ekor kera itu saling melengkapi dan hidup rukun, sampai pada satu hari di mana teman-teman mereka berkunjung dan ikut menikmati buah pisang yang mereka dapatkan. Pada saat itu, salah satu tamu mereka itu berkata kepada si buta, “Wah buta, hebat sekali kamu, ya. Walaupun buta kamu bisa mencari makan sendiri bahkan untuk temanmu si gendut itu.” Mendengar itu, si gendut merasa tersinggung dan berkata, “Apa kamu pikir aku ini begitu malas sampai harus bergantung pada si buta untuk mencari makan? Ingat sobat, tanpa aku, si buta itu tidak akan pernah tahu di mana letak pohon pisang yg sedang berbuah.” Dan selanjutnya, kita pasti tahu apa yang terjadi? Dua ekor kera yang bersahabat itu bertengkar, dan akhirnya berpisah.
Dalam membangun team work harus mengutamakan komunikasi yang baik dan rasa saling ketergantungan yang kuat. Jika salah satu anggota tim memiliki sifat merasa lebih baik daripada yang lain maka kekuatan team work akan ambruk. Demikian juga dengan “Gereja” yang dipandang dalam konteks kumpulan orang percaya, keberhasilan pelayanan dalam sebuah Gereja merupakan hasil kerjasama. Paulus menasehati jemaat di Roma agar sehati dan sepikir, artinya tercipta kesatuan hati yang akan membuat Gereja bersinar dan menjadi berkat orang luar. Kristus telah mengimpartasikan pembaharuan pikiran melalui pengerjaan Roh Kudus yang menghasilkan sikap yang saling menghargai. Dalam membangun sikap sehati dan sepikir dibutuhkan pengorbanan, yaitu mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengarahkan setiap aktifitas pada kemajuan Gereja. Menganggap diri pandai adalah bentuk kesombongan yang menjadi penghalang kesatuan karena kesatuan terbentuk didasari dengan kasih yang menganggap yang lain lebih utama. Ketika Gereja sepakat bekerja dan berdoa bersama-sama membangun team work maka kekuatan besar terjadi dan Indonesia akan penuh dengan kemuliaan-Nya. [DS]
P1 : Hal apakah yang dibutuhkan dalam membangun team work?
P2 : bagaimanakah caranya membangun team work yang solid?