“…dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4)
Pemandangan para pesepakbola yang turun dari bus dengan headphone pada telinga mereka, membuat resah Ronald Koeman. Mantan manajer Barcelona itu menyebut bahwa perilaku berlebihan terhadap telepon pintar dan media sosial telah menyumbang rusaknya kekompakan tim. Koeman bercerita bagaimana ia mengutus para pemainnya untuk menghadiri sesi komunikasi mingguan agar mereka bisa saling berbicara satu sama lain.
“Gaya hidup telah berubah. Salah satu masalah yang saat ini Anda saksikan dalam sepak bola adalah tidak ada cukup komunikasi di lapangan. Ini semua akibat media sosial,” katanya dalam sebuah jumpa pers. Mantan bek timnas Belanda itu berbicara mengenai perubahan besar yang terjadi sebelum dan sesudah munculnya smartphone. Dulu rekan-rekan satu tim saling bertegur sapa, kini asyik sendiri dengan dunianya. Ia menambahkan, “Ketika saya menjadi pemain, kami bermain kartu di sudut ruang ganti ketika hendak bertanding. Kami saling berbicara dan berkomunikasi.”
Harus diakui jika kita memang sedang berada di dunia yang kian antisosial. Masing-masing ingin hidup ‘independence’ tanpa diganggu oleh kehadiran orang lain. Bahkan ini terjadi ketika kita sedang berada di dalam komunitas. Ruang-ruang cengkerama yang seharusnya menjadi tempat mengasyikkan di dalam komunitas, berubah senyap karena kesibukan bermain masing-masing dengan handphone.
Barangkali perlu dibuat kesepakatan di dalam komunitas untuk sementara waktu menonaktifkan telepon seluler sementara kegiatan bersama dalam komunitas sedang berlangsung. Harapannya, kekakuan dan individualisme bisa diatasi; sehingga kehidupan bersama di dalam komunitas, dapat dirasakan kembali kehangatannya. [JP]
P1: Dalam Filipi 2:1-5, prinsip-prinsip kebersamaan dalam komunitas apa sajakah yang bisa Anda temukan?
P2: Bagian manakah yang masih perlu diperbaiki dalam komunitas di mana Anda bergabung?