“Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.” (Amsal 11:24-25)
Kelihatannya, pertanyaan saya sudah blanko. Yang pertama saya tanyakan adalah apakah pendapatan di masa pandemi yang tidak jelas ujung ini, sudah membaik. Ke-dua, saya menanyakan manakah pilihan yang lebih menguntungkan mereka. Apakah mereka lebih memilih mengantar jarak jauh namun tentu, sehari sedikit jumlah rute yang diraih… Atau mereka lebih memilih rute dekat namun tentunya menghasilkan lebih banyak capaian dalam se-hari. Yaaa, begitulah penggalan kisah para pengemudi on-line. Tetapi…
Tapi, saya tak sedang berbasa basi. Dari pertanyaan berulang itu, obrolan kerap mengalir ke persoalan yang lebih pelik. Semisalnya masalah keluarga. Ada supir on-line yang hanya membawa belas ribu saja ke rumah, dikarenakan bahan bakar tidak sebanding. Ada yang baru saja di-PHK. Ada juga yang sama sekali tidak memiliki tempat tinggal sehingga menumpang tidur di sebuah gudang SPBU. Ada yang pasangannya sudah mengajukan gugatan pegat karena merasa tak di-nafkahi dengan baik. Dan masih banyak lagi kisah pilu mereka. AHH… Memang bagi sebagian manusia, hidup ini terasa kejam tak adil. Lalu…?!?!
Jika saya pesan makanan, saya tambah 1 menu untuk si pengemudi. Jika saya sedang diantar mereka, saya meminta mampir membeli makanan untuk sang supir. Ada kalanya saya coba memberi kemungkinan demi mereka mendapatkan pekerjaan baru. Bahkan ada yang berhasil memperoleh profesi baru yang memuaskan, hasil dari nomor telepon yang saya sodorkan untuk dihubungi. Memberi lebih, itu hal biasa. Mengajak mereka makan, kadang. Mmm… itu semua saya lakukan bukan dengan kemampuan saya sebagai orang yang hidup dalam kelimpahan. Hanya karena saya sedikit-banyak merasakan apa yang mereka alami. Saya berpikir, memberi tidak pernah ada salahnya. Puas pula jika saya berhasil membuat seseorang tersentuh atau sekadar tersenyum di tengah ke-getir-an nya. Jadi prinsip saya, justru saat belum “berlimpah”, saya harus belajar memberi. Agar tidak sult bagi saya untuk memberi di saat nanti “saya berlimpah”. Pula tentunya, saya melakukan semua ini bukan demi mendapat balasan berlipat ganda dari Tuhan Sang Empunya berkat. Karena Tuhan bukanlah mesin jackpot. [AH]
P1 : Sudahkah saya terbiasa berbagi?? Apa kendala sehingga saya seringkali kesulitan untuk berbagi??
P2 : Kalau saya renungkan, berkat Tuhan tidak pernah berhenti mengalir bagi saya, jadi tidak ada salah nya bahkan sudah sepantasnya saya mengalirkan kembali berkat Tuhan itu!!