“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.” (Amsal 29:17)
“Mengapa bapak tidak menegur anak bapak?”, “Saya tidak mau pusing pak, pekerjaan saya pun sudah banyak, saya berpikir itu hal sepele, jadi saya sama sekali membiarkannya saja.”
Jawaban seperti itu yang sering kita dengar, ketika anaknya sudah terlanjur hidup dalam keterpurukan, baik mental, spiritual maupun yang berkaitan dengan susila. Apabila sudah terjadi, baru mulai saling menyalahkan satu dengan yang lain, bahkan seringkali menyalahkan lingkungan.
Firman Tuhan memberi contoh yang jelas kepada kita, ketika seorang imam membiarkan anak-anaknya melakukan dosa. Ketika anak-anaknya mencuri dibiarkan, ketika anak-anaknya berjinah dibiarkan juga. Maka apa yang terjadi? Tuhan murka dan membinasakan mereka semua.
Tuhan ingin semua orang tua, khususnya bapak sebagai imam menjadi seorang yang bertanggung jawab kepada Tuhan dengan cara mendidik anak-anak sejak dini untuk takut akan Tuhan dan menuruti perintah-perintah-Nya. Jangan menjadi seperti imam Eli, yang tidak marah ketika anaknya melakukan kesalahan. Koreksi adalah cara yang baik agar anak mengerti dengan jelas dan tepat apa kesalahannya, dan itu akan membuat dia akan ingat terus dan tidak menyimpang lagi.
Hal ini tentu bukan hanya berlaku bagi hubungan bapak dan anak, tapi berlaku juga bagi semua hubungan keluarga. Semua sebaiknya saling mengingatkan satu sama lain, agar semua ada dalam kehendak-Nya, yakni hidup di dalam Kristus.
Seorang suami yang memberi teladan yang baik, akan mudah untuk memberi nasihat, baik buat anak dan istrinya. Begitu juga istri yang baik, akan mudah memberi masukan buat suami dan anak-anaknya. Keluarga yang demikian akan menjadi keluarga yang dipakai Tuhan untuk memenangkan keluarga-keluarga yang lain bagi Tuhan. [YP]
P1: Bagaimana seharusnya mendidik yang benar menurut Ulangan 6:7 ini?
P2: Apa komitmen Anda untuk hal ini?