“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:16)
Seorang teman saya menceritakan sebuah kisah yang sangat menarik tentang kebaikan yang jahat. Kebaikan yang jahat? Bagaimana mungkin? Kisahnya dimulai ketika teman saya ini membuka sebuah toko. Setelah berjualan beberapa lama maka toko ini memiliki banyak pelanggan. Salah satu pelanggannya adalah orang yang sangat baik lagi pula ia tinggal di dekat toko teman saya tersebut. Setelah menjalin hubungan bisnis yang manis beberapa lama, mereka semakin akrab dan bahkan sering pergi bermain dan berolahraga bersama.
Kepercayaan terbangun, penjualan semakin baik dan transaksi bisnis pun mencapai ratusan juta rupiah. Pada suatu hari, teman ini sekeluarga tiba-tiba menghilang dan tidak dapat dihubungi lagi. Bahkan rumahnya telah dikosongkan dan meninggalkan utang ratusan juta rupiah.
Kita mungkin telah sering mendengar berbagai kasus kejahatan seperti penipuan keuangan atau para wanita yang menjadi korban kejahatan dari para pria brengsek. Banyak yang bersaksi bahwa mereka terperdaya karena para pelaku kejahatan tersebut sebelumnya terlihat baik di mata mereka, atau setidaknya menunjukkan tingkah laku yang baik.
Sahabat NK, dalam kisah di atas, saya bukan ingin menyoroti mengenai kejahatan yang dilakukan setelah menunjukkan sikap yang baik. Namun yang saya ingin kita renungkan adalah bahwa kebajikan akan menuai kebaikan. Jika orang-orang dapat ditipu oleh kebajikan dari orang yang jahat, ini menunjukkan bahwa kebajikan menghasilkan tuaian yang baik.
Orang-orang lebih mudah mempercayai orang yang baik dan mereka ingin melakukan kebaikan terhadap orang yang dianggap baik. Sudahkah kita bertumbuh dalam kebajikan hingga pada waktunya juga dapat menuai kebaikan dari orang di sekeliling kita? [WT]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1: Apakah kita sudah bertumbuh dalam kebajikan?
P2: Apa tindakan yang akan kita lakukan agar dapat bertumbuh dalam kebajikan?