“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.” (Galatia 1:6-7)
Di sebuah pondok doa semacam pesantren yang dipimpin oleh seorang guru/sufi, terdapat sejumlah murid yang sedang belajar mendalami ilmu agama. Suatu saat ketika guru tersebut sedang berdoa di sore hari, terganggu dengan suara kucing peliharaannya yang sedang mengeong. Anehnya setiap sembahyang sore, kucing tersebut selalu mengeong mengganggu khusuknya sang guru berdoa. Akhirnya sang guru mengambil inisiatif untuk mengikat kucing kesayangannya di sebuah pohon yang agak jauh dari tempat sembahyangnya. Hari demi hari berlalu setiap sang guru ingin sembahyang sore selalu terlebih dahulu mengikat kucingnya di pohon.
Ketika sang guru meninggal, murid-murid melanjutkan ritual yang dilakukan oleh sang guru, termasuk sembahyang sore dengan mengikat kucing di pohon. Beberapa waktu kemudian kucing kesayangan sang guru pun meninggal, maka murid-murid sang guru mencari kucing yang baru sebagai pengganti kucing kesayangan sang guru yang telah meninggal, dan setiap sore pun kucing itu diikat dipohon sebagai bagian dari ritual sembahyang sore. Meniru sesuatu yang tidak dimengerti, akan berakibat terjadinya penyesatan.
Penyesatan terjadi karena ketidakmengertian dalam memahami isi Alkitab yang adalah sumber kebenaran. Memang patut diakui bahwa ajaran sesat selalu ada di mana-mana dan dalam segala zaman. Apalagi menjelang akhir zaman, pasti bermunculan beragam ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Allah. Apakah yang menjadi titik tolak untuk menyatakan suatu ajaran itu sesat atau tidak? Banyak orang menyatakan bahwa sesat atau tidaknya suatu ajaran adalah ditinjau dari Alkitab. Benar!
Pedoman yang dapat dijadikan acuan penilaian untuk dapat membedakan manakah ajaran yang sesat adalah dengan memahami konsep teologis dari Alkitab itu sendiri. Gereja-gereja di sepanjang zaman tetap sepakat menerima ajaran dasar tentang keselamatan yang bertumpu pada Sola Gratia, Sola Fide, dan Sola Scriptura, yaitu bahwa keselamatan ini hanya oleh anugerah Allah yang diterima dengan iman berdasarkan berita Alkitab. [DS]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1 : Apa yang di maksud dengan Injil lain dari ayat di atas?
P2 : bagaimana caranya membedakan antara Injil yang benar dan Injil yang lain?