“Kata-Nya kepada pohon itu: “Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!” Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.” (Matius 21:19b)
Pertanyaan bergelayut di benak setiap kali membaca kisah Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah. Bukankah Dia tahu bahwa itu memang bukan musim berbuah? Apakah Dia emosi karena lapar? Apakah tidak ada cara lain?
William Barclay, seorang penafsir, menyatakan bahwa peristiwa Yesus mengutuk pohon ara itu tidak betul-betul terjadi. Dia memperkirakan bahwa pohon aranya memang sudah kering, lalu dipakai oleh Tuhan untuk mengajarkan sesuatu. Saya pribadi tidak sependapat dengan Barclay. Jika Yesus melakukan sesuatu, selalu ada maksud yang Dia ingin ajarkan.
Saya lebih melihat bahwa Yesus sedang menunjuk kepada bangsa Israel ketika peristiwa pengutukan itu dilakukan-Nya. Dalam pandangan-Nya, Israel tak lebih sebagai bangsa yang kelihatannya hebat. Mereka memelihara Taurat mati-matian, memelihara sunat untuk menguhkan panggilan dan pilihan mereka, dan merasa lebih tinggi kedudukannya dari bangsa lain manapun. Mereka memiliki Bait Allah dengan segala kemegahannya, sistem keagamaan yang ketat dengan struktur keimamatan yang luar biasa. Dan dengan demikian pasti memiliki seabreg kegiatan rohani yang bisa menyilaukan mata.
Tetapi mereka menolak Mesias dan tak mau beriman kepada Yesus. Sehingga mereka tidak memiliki kebenaran. Karena itu mereka diibaratkan Kristus sebagai pohon yang rimbun daunnya tetapi tidak menghasilkan buah apapun. Segala label kerohanian yang melekat pada bangsa itu, rupanya tidak lantas menjadi jaminan perkenanan Tuhan. Sebaliknya, Tuhan murka dengan kepura-puraan atau perbuatan menutupi dosa dengan hal-hal yang kelihatannya rohani.
Sahabat NK, ini pelajaran berharga bagi setiap kita bahwa panggilan Allah untuk kita adalah untuk menghasilkan buah pertobatan. Kita tidak diproses Tuhan saja, tetapi diarahkan untuk menghasilkan buah-buah kebenaran. [JP]
P1: Apakah makna pohon Ara dalam perumpamaan Yesus dalam kehidupan Anda?
P2: Apakah tindakan Anda setelah menyadari kebenaran melalui perenungan di atas?