“Jika sudah ada makanan dan pakaian, kita akan merasa cukup. Tetapi sedang ada pada kita makanan atau pakaian, biarlah kita berpada dengan itu.” (1 Timotius 6:8 – TL)
Adalah seorang raja yang tamak dan memerintah di sebuah kerajaan pada zaman dahulu kala. Ia pernah mendapatkan informasi bahwa di hutan pinggir kerajaan hidup sekawanan kancil ajaib yang bisa mengeluarkan kepingan emas dari mulutnya. Raja itu memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk mengintai kancil-kancil itu.
Raja berpikir bahwa hal ini akan menjadi ladang harta baginya. Karena itu ia memberi perintah lebih lanjut untuk menangkap kawanan kancil itu hidup-hidup agar dapat diambil emasnya. Para prajurit bersiaga dan beroperasi menjalankan titah raja. Beberapa ekor kancil dapat ditangkap dan dibawa ke istana. Anehnya, kancil-kancil itu bisa berbicara.
Raja mengancam kancil-kancil itu agar segera mengeluarkan emas dari mulut mereka. Binatang yang acap dipakai untuk mewakili kecerdikan itu menolak. “Tidak bisa tuanku, emas-emas ini hanya dapat kami keluarkan untuk mereka yang membutuhkan dan bukan untuk memenuhi hasrat ketamakan,” ujar salah satu dari kancil itu.
Raja berang dan memerintahkan pasukan untuk menyiksa kancil-kancil itu. Dalam keterpaksaan, akhirnya kancil-kancil itu mengeluarkan kepingan emas, terus dan tidak berhenti hingga mengubur raja tamak itu dalam kerakusan. “Hentikan…Hentikan!!!” kata raja. Tetapi semuanya terlambat, raja itu mati dalam kerakusannya. Emas-emas itu dinikmati penduduk kerajaan.
Dongeng ini adalah pengingat bagi setiap kita, Sahabat NK, bahwa kata cukup itu adalah sesuatu yang susah dimiliki manusia. Kalau bisa, semua hal menjadi miliknya, sebanyak mungkin tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Tanpa sadar, kerakusan selalu merugikan pada akhirnya.
Ia bisa menjelma menjadi sakit-penyakit, kesengsaraan, bahkan penyebab kematian. Yang perlu kita kerjakan adalah mengaktifkan “rem” di dalam diri kita untuk keinginan-keinginan tak terbatas, lalu menggantikannya dengan ucapan syukur atas apapun yang Tuhan berikan sebagai berkat. [JP]
P1: Apakah hidup kita masih bisa bersyukur dengan kesederhanaan tanpa menuntut hal-hal untuk pemuasan keinginan dan ego?
P2: Jika Anda dikaruniakan kelebihan berkat, tunjukan dan praktekan kemurahan hati yang menjadi ukuran menang atas keserakahan.