You are currently viewing ABDI DALEM KERATON JOGJAKARTA
  • Post category:Artikel

“ Hendaklah kamu selalu rendah hati,lelah lembut, dan sabar. Tunjukanlah kasihmu dalam hal saling membantu.” (Efesus 4:2)

Kalau kita berkunjung ke Keraton Yogyakarta, kita akan bertemu beberapa orang berpakaian tradisional, yang tersenyum ramah ke setiap pengunjung yang ditemuinya. Mereka adalah para abdi dalem, yaitu orang – orang yang bekerja mengabdi kepada raja dan keluarganya, dan mentaati segala tata tertib di dalamnya. Menjadi abdi dalem artinya bersedia mengabdikan hidup, ilmu dan waktunya untuk kerajaan dan mengesampingkan pendapatan. Gaji yang diterima para abdi dalem kebanyakan tidak terlalu besar, sedikit malah, tapi mereka tidak pernah mempermasalahkan jumlah gaji yang diterima. Itu karena mereka telah mendapat sesuatu yang lebih besar dari uang yang mencukupkan mereka. Apa itu? “ Saya merasa lebih tenteram setelah menjadi abdi dalem. Perasaan

yang mungkin tidak bisa dipercaya banyak orang, tapi itulah yang saya rasakan,” ujar salah satu abdi dalem yang sudah mengabdi sejak tahun 2005. Dan ia menambahkan, “Dulu saya sering merasa sombong, segalanya aku dan aku, tapi sejak menjadi abdi dalem saya belajar lebih banyak sopan santun, dan menghormati orang lain.”

Saya rasa kerendahan hatilah yang membuat para abdi dalem setia dengan pekerjaannya. Ketulusannya untuk mengabdi, kerelaannya untuk melayani membuat mereka tidak lagi hitung – hitungan dengan gaji yang diterimanya. Asal bisa melayani “tuannya” dengan baik maka semua kebaikan dan kebahagiaan akan mengikutinya, itu prinsip mereka. Ketulusan dan kerelaannya untuk mengabdi untuk melayani mengingatkan kita akan sosok Yesus. Yesus yang datang tidak untuk dilayani tapi merendahkan diriNya untuk mengangkat dan menyelubungi kita dengan keilahianNya. Harusnya kita bisa seperti itu. Melayani dengan rela membuat kita tidak lagi memperhitungkan, apakah pelayanan kita dilihat banyak orang atau tidak, dihargai atau tidak. Tidak lagi hitung – hitungan dengan waktu dan tenaga. Melayani dengan rendah hat,i itu berati menghargai dan menghormati otoritas di atas kita, tanpa memperhitungan siapa dia siapa kita. Hanya taat dan patuh seperti yang Yesus lakukan terhadap BapaNya. [WER]

Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)

P1 : Kalau kita punya sikap rendah hati tidak akan ada lagi “gontok – gontokan” atau sakit hati di pelayanan, apalagi keluar atau pindah gereja.

P2 : Kenapa tidak kita mulai dari diri sendiri, belajar rendah hati dan rela melayani.

Bacaan: Ayub 11-13