You are currently viewing BAIK DALAM STANDART ALLAH
  • Post category:Artikel

Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” [Matius 16 :22-23] 24¶

Alkisah di sebuah kerajaan, hiduplah seorang Raja yang bijaksana dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Tak mengherankan jika Raja ini mendapat penghormatan dan simpatik dari rakyatnya. Selama ia memerintah ia selalu mengutamakan keadilan dan kebenaran. Ia senantiasa menjadi Raja yang mau mendengar dan membantu kesusahan yang dialami oleh rakyatnya yang paling kecil sekalipun. Dalam memutuskan perkara ia selalu berprinsip pada kebenaran dan tidak memihak. Dan pajak yang diperoleh lebih banyak Ia gunakan untuk kesejahteraan rakyatnya yang masih perlu bantuan, sedangkan ia dan seisi istana hidup sederhana seperti mayoritas rakyat di kerajaannya.

Setelah Raja menjadi tua, ia banyak diwakili oleh putra pangeran dalam segala urusan pemerintahan. Setelah beberapa waktu memerintah, Pangeran mendengar nasihat dari para penasihat kerajaannya, ia berfikir untuk memberikan hadiah sebagai penghormatan bagi Ayahanda Raja. Lalu ia memutuskan membangun sebuah Istana Mewah sebagai simbol kejayaan kerajaan dan di dalamnya disiapkan taman yang luas sebagai persiapan tempat peristirahatan terakhir ayahnya. Namun pembangunan ini malah membuat ia harus menarik pajak lebih dan membebani rakyat untuk membiayai pembangunan.

Setelah Istana itu selesai barulah ia memberitahu Ayahanda Raja atas keberhasilannya membangun Istana sebagai hadiah dan penghormatan dari seluruh negeri. Melihat Istana Megah ini, Sang Raja bukannya senang malah menangis tersedu sedu. Ia berkata jika sang Pangeran sama sekali tidak mengerti dirinya. Ia kembali berkata, jika saja ia menginginkan sebuah Istana Mewah sudah dari dulu ia membangunnya. Tapi ia selalu berfikir jika seorang Raja bukanlah pribadi yang harus diistimewakan karena jabatan dan kelahirannya. Tapi ia hanya ingin dicintai rakyatnya karena hidupnya yang jadi pelayan bagi rakyatnya.

Sobat NK, seringkali dalam kehidupan kita juga seakan akan telah melakukan segala aktivitas yang baik atau tampak rohani. Tapi dari semua itu, ada satu pertanyaan yang harus kita jawab, apakah ini merupakan kehendak Tuhan atau hanya untuk memuaskan ego dan terlihat baik di mata orang lain? [RT]

P1: Dari kutipan ayat diatas, mengapakah sesuatu yang dianggap baik belum tentu mendapat pujian atau perkenanan Tuhan?

P2: Mulailah mengidentifikasi ulang, adakah kegiatan kegiatan yang kita fikir adalah kebaikan tetapi belum berkenan dengan kehendak Tuhan?