Pdt. Joel Manalu
(Yohanes 15:16)
Ketika Yesus berkata: “Akulah pokok anggur yang benar,” Ia mengucapkannya di hadapan para murid yang sangat mengenal apa itu pohon anggur. Sebuah tanaman yang lazim dijumpai di Israel. Pohon anggur ini termasuk tanaman menjalar, memiliki suatu batang tunggal yang keras dengan ranting-ranting yang saling mengaitkan dirinya. Di ranting-ranting itulah daun dan buahnya bergelantungan.
Hubungan Allah dan umatNya itu digambarkan ibarat petani pengusaha dengan pokok anggurnya. Namun menarik, yang menjadi pokok anggurnya bukanlah umat atau jemaat itu sendiri tetapi Yesus Kristus. Umat Allah justru dilukiskan sebagai ranting-ranting atau carang-carang pokok anggur itu. Yesus berkata: “Akulah Pokok anggur yang benar”. Kenapa Yesus tidak cukup berkata akulah pokok anggur, kenapa harus ada yang benar. Hal ini tentu meruapakan sebuah tegoran keras kepada bangsa Israel yang adalah umat pilihan Allah, mereka ada pokok anggur pilihan atau bangsa pilihan Allah, tetapi tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Bapa sehingga tidak menghasilkan buah, atau jikapun berbuah maka buah yang dihasilkan adalah buah yang tidak baik (Yesaya 5:1-7).
Kristus menghendaki agar setiap orang percaya atau murid Kristus berbuah. Itulah alasan mengapa Yesus menegaskan maksud ini dengan berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu,”(Yohanes 16:16). Tapi kenyataannya banyak orang Kristen yang tidak berbuah sama sekali, padahal sebagai seorang percaya, seorang murid Kristus yang dituntut bukan hanya menghasilkan buah saja, tetapi juga harus berbuah lebat. Kenapa demikian? Karena buah itulah yang akan membantu kita menunjukkan atau memperkenalkan jenis pohon tersebut. Yesus berkata: “Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka,” (Matius 7:20).
Dari buahnyalah kita bisa mengenal pohonnya. Tidak mungkin seseorang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri. Pohon yang baik pasti menghasilkan buah yang baik. Pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Demikian pula dengan murid Kristus, buah yang dihasilkan seorang murid Kristus adalah karena ia mengikuti Kristus, mau tinggal di dalam Kristus. Kata tinggal atau “menein atau meno” dalam bahasa Yunani diulang-ulangan oleh Yohanes, 67 kali Yohanes memakai kata ini. Hal ini menunjukkan betapa berartinya atau bermaknanya kata tinggal dalam Tulisan Yohanes. Arti dasar kata tinggal (meno) ialah tetap berada, tetap hidup, masih hidup, berdiam, mendiami. Kata tinggal bukan menunjukkan di mana, tetapi berapa lama. Jadi kata tinggal disini menunjukkan waktu yang lama, waktu yang panjang, suatu keberlanjutan dari relasi yang dalam atau relasi yang terus menerus. Dalam tulisan Yohanes, Yesus menantang para murid untuk tetap tinggal dalam Dia (Yohanes 15:4-7). Karena di luar Yesus seorang percaya tidak dapat berbuat apa-apa.
Inilah yang kita upayakan terus menerus, yaitu hubungan yang intim, dalam dengan Yesus sehingga hubungan ini akan menghasilkan buah. Proses pembersihan atau pemotongan ranting juga menjadi hal yang sangat penting bagi pohon anggur supaya produktif dalam menghasilkan buah. Ranting-ranting yang tidak berguna dipotong, tetapi ranting yang berbuah dibersihkan supaya lebih banyak lagi berbuah atau berbuah lebat. Demikian juga dengan seorang murid Kristus, seorang murid dapat berbuah jika dia tinggal tetap dalam Yesus, ranting-ranting yang perlu “dipotong” harus segera dipotong dan ranting yang sudah berbuah tetap harus dibersihkan supaya lebih banyak lagi menghasilkan buah, dengan demikian kita adalah murid Yesus dan nama Tuhan dimuliakan lewat buah kehidupan kita.