You are currently viewing BERESIKO TAPI MULIA
  • Post category:Artikel

Pdm. Hiruniko Ruben

Filipi 1:27-30

Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia (Filipi 1:29)         

Menjadi relawan bukanlah tidak berisiko. Terlebih di kala bencana atau di tengah kerusuhan. Niat mulia hendak membantu sesama harus diikuti dengan keberanian dan keikhlasan. Itulah yang dialami oleh Olesya Zhukovska ketika menolong korban kerusuhan demonstrasi di Kiev, Ukrania, pada Februari 2014 lalu. Sementara menjadi relawan, ia sendiri malah tertembak oleh penembak misterius. Beruntung, nyawanya masih terselamatkan. Tentu yang namanya relawan adalah seorang yang secara sukarela melakukan sesuatu. Bukan karena penghasilan dan bukan karena reputasi, tetapi penggerak relawan adalah panggilan hati untuk memberi hidup. Tentu motivasi ini adalah mulia, karena priceless, tidak ternilai harganya.

Hal yang ironis sering kita temui dalam realita kehidupan komunitas orang Kristen akhir-akhir ini. Beberapa para pelayan Tuhan tidak lagi digerakkan oleh ketulusan dan kerelaan untuk melayani. Mereka melayani bukan karena panggilan mulia, tetapi hendak mengumpulkan logam mulia. Dampaknya adalah para pelayan tidak menghamba, dan buah pelayananan menjadi hambar, tidak memberkati dan dapat dinikmati dengan baik. Penderitaan bukan lagi sebagai stigma orang percaya, tetapi menjadi aib karena dianggap kutuk oleh mereka yang tidak tulus. 

Setiap tindakan memiliki resiko. Alkitab jelas berkata untuk segala sesuatu ada masa dan waktunya (Pkh. 3:1), dan apa yang kita tabur itu yang akan kita tuai (Gal. 6:7). Untuk mengasihi seseorang atau sesuatu tentu ada resikonya juga. Anda harus siap untuk menjaga, melindungi orang yang anda kasihi, bahkan melakukan apa yang disukai kekasih anda sebagai konsekuensi dari mengasihinya. Demikian juga mengasihi Tuhan, resikonya tidak hanya harus melakukan segala yang berkenan kepadanya, tetapi juga kita akan dikaruniakan penderitaan demi nama-Nya. 

Paulus memberitakan Injil keselamatan hanya karena ketulusan dan panggilan Ilahi. Dengan penuh kesabaran dan semangat tinggi, Rasul Paulus memberitakan Injil keselamatan Kristus. Ia berjalan dari kota ke kota, dari satu negara pindah ke negara lain. Menempuh perjalanan yang berbahaya dan sulit. Terkadang Paulus harus berjalan hingga ratusan mil, di waktu lain ia juga menyeberangi lautan. Menghadapi binatang buas, pula gelombang laut yang ganas. Tak jarang juga ia harus menghadapi fitnah keji yang berujung pada aniaya dan hukuman penjara dari para penghambat Injil Kristus (2 Kor. 11:23-27), terkadang fitnah dan hambatan juga Paulus terima dari orang dekatnya. Namun, kesulitan demi kesulitan itu tak menyurutkan semangatnya untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus. 

Paulus mengakui bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu bukan berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari Kristus Yesus yang sudah menyelamatkan hidupnya (2 Kor. 4:7). Maka, adalah suatu kehormatan jika Kristus berkenan memakainya menjadi saksi Kristus, agar banyak jiwa dapat memperoleh keselamatan dari Kristus. Penderitaan pun tidaklah menjadi suatu kesusahan atau kesulitan dibandingkan dengan sukacita melayani dan mengasihi Tuhan.

Dibalik penderitaan ada kemuliaan jika kita sungguh mengasihi Tuhan

Bahan pendalaman:

  1. Bagaimana respons Anda dan saya setelah ditebus Kristus? 
  2. Adakah kita bersedia bekerja dengan rela demi menjadi saksi bagi-Nya?