You are currently viewing DASAR PEMBUAL
  • Post category:Artikel

“Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” (Kolose 4:6).

Ada dua orang bernama Untung dan Bejo, yang selalu bersaing untuk menunjukkan kehebatan mereka dalam membual. Suatu kali, setelah pulang berlibur dari Gunung Kidul, Bejo bertemu dengan Untung dan dia menceritakan bualannya, “Hai Untung, saya baru pulang liburan dari Mexico. Di sana seminggu, saya sempat melihat-lihat perkebunan pisang. Wow, dahsyat, pisang di sana segede-gede Monas.”

Untung tidak mau kalah, dia segera membalas bualan Bejo. “Haalaaah Jooo … ngapain jalan-jalan ke Mexico jauh-jauh hanya untuk melihat kebon pisang. Mendingan aku dong, jalan-jalan ke Jerman lihat industri wajan. Kamu tahu nggak, wajan di Jerman itu, ada yang segede lapangan Gelora Senayan.”

“Astaga Tuung … Tung …. kamu kalau mau membual kira-kira, mana ada sih wajan segede Gelora Senayan. Yang benar saja … terus buat menggoreng apa wajan segitu gede?” Sahut Bejo dengan tawa tergelak.

“Lha ya buat menggoreng pisang Mexico yang kamu bilang segede Monas itu!” jawab Untung sanbil tertawa terbahak-bahak.

 Lidah adalah organ tubuh kita terkecil, namun sangat berbahaya. Ibarat api yang kecil, namun ia sanggup membakar hutan yang luas; ibarat kemudi kapal yang kecil, ia bisa mengendalikan kapal laut yang berat dan besar; ibarat binatang yang buas, ia sanggup menerkam, menyakiti dan membunuh lawannya. Manusia harus dapat menjinakkan lidah yang penuh racun dan mematikan. Firman Tuhan mengatakan, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Roh Kudus yang tinggal dalam hati orang percaya yang akan menolong kita belajar mengontrol lidah.

Bila kita bergantung Roh Kudus, kita akan dimampukan untuk berkata-kata dengan benar, baik, tepat pada waktunya, pada tempatnya, dan pada porsinya; sehingga orang lain akan dibangun dan diberkati. Mulailah berkata yang benar, yang baik, yang menguatkan, yang menghibur, yang mendatangkan berkat dan sukacita bagi sesama kita. [DP]

Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)

P1: Apa yang harus kita lakukan dengan perkataan kita, dan mengapa kita harus mengendalikan lidah?

P2: Bagaimana caranya kita dapat mengendalikan lidah dalam hidup kita setiap hari?