You are currently viewing DUKA DI PANTI WREDA
  • Post category:Artikel

“Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu.” (Ulangan 15:11)

Dinas Sosial Propinsi Riau mengadakan sebuah tinjauan baru-baru ini ke sebuah panti jompo di kawasan Tenayan Raya, Pekanbaru. Bersama-sama dengan Lembaga Perlindungan anak Riau, mereka mendapati bahwa 19 pasien yang berada di dalamnya, ditemukan dengan kondisi mengenaskan. Mereka tinggal di kamar-kamar layaknya penjara, tanpa perlengkapan memadai.

Bertahun-tahun dikurung dan dikunci dari luar dan tidur hanya beralas dipan kayu. Di layar televisi terlihat bahwa sebagian diantaranya dikerubungi semut dan juga berkawan dengan kecoa. Orang-orang tua yang seharusnya menikmati sisa waktu hidup dengan kebahagiaan, malah harus berjuang untuk tetap bertahan hidup.

Kisah itu sebenarnya berawal dari kematian M. Zikli, bayi berusia 18 bulan yang meninggal di Panti Asuhan Tunas Bangsa, masih dari kawasan yang sama. Zikli diduga tewas karena kekerasan yang dialaminya di dalam panti. Di jasadnya terdapat bekas-bekas luka yang sementara renungan ini ditulis, proses otopsi masih dilakukan.

Panti asuhan itu menjadi ‘neraka’ bagi penghuninya. “Ada lima kamar kosong, tidak dimanfaatkan, seperti tempat sampah. Ada makanan yang seperti habis digigit tikus, ada tahu sudah berbuih. Toiletnya tidak layak, seperti rumah yang sudah puluhan tahun tidak dibersihkan. Anak-anak sedang makan, kita melihat banyak lalat dan belatung,” kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Riau, Ester Yuliani kepada BBC Indonesia.

Demikianlah di dunia yang semaju sekarang pun, kasih dan kepedulian adalah sebuah barang mahal. Anak-anak dan mereka yang sudah sepuh itu tidak mendapat hak-hak hidupnya. Dan kita tidak dapat segera melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Atau juga hanya berhenti membicarakannya di batas wacana. Mari mulai mengambil langkah-langkah kecil untuk menunjukkan kasih dan kepedulian kita kepada mereka yang membutuhkan. Jika kita tidak mampu memberi solusi bagi persoalan bangsa dalam mengurus mereka, setidaknya kita sudah mencobanya dengan mempedulikan mereka di sekitar kita. [JP]

P1: Renungkanlah, bagaimana kehidupan kita dibandingkan orang orang disekitar kita? Masih besarkah kesenjangan yang terjadi?

P2: Apa yang dapat Anda lakukan untuk menjembatani kesenjangan itu?