“…dan kepada kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara, kasih akan semua orang.” (2Petrus 1:7)
Kata dalam Bahasa Yunani yang dipakai untuk ‘kesalehan’ adalah ‘eusebeia’. Kata ini biasanya diartikan sebagai ‘ibadah’ (1Tim 3:16, 4:7-8, Tit 1:1). Eusebeia sendiri berasal dari kata ‘eusebes’ (eu = baik, sebo = ibadah); jadi maknanya adalah kebaikan yang berhubungan dengan ibadah atau kebaikan sebagai produk hidup beribadah. Inilah yang seharusnya menjadi tujuan seseorang yang menjalankan ibadah di dalam hidupnya, yaitu agar sampai kepada kehidupan yang saleh.
Sayangnya, banyak orang yang aktif beribadah dan menjalankan ritual-ritual agama, tetapi hidupnya jauh dari kesalehan. Ibadah hanya menjadi klaim sepihak yang dijalankan untuk kepentingan ‘show off’ di tengah-tengah bangsa yang konon religius ini. Baik, bermanfaat dan bernilainya seseorang diukur dengan tampilan luar yang berkaitan dengan hidup keagamaan. Karena itulah muncul semangat agamawi yang mencoba mendandani kehidupan jasmaniah dengan jubah agama.
Tampak luarnya religius, sejatinya hidup dalam kemunafikan dan banyak kasus. Berpotongan rohaniwan, tetapi lihai menyembunyikan kebusukan. Mereka beragama dalam ritual, mengira bahwa itu bekal terbaik menjelang ajal. Pakaiannya putih-suci, upaya sempurna untuk menutup dosa dengan rapi. Kelihatannya berderma, padahal sebenarnya berusaha mencuci uang hasil riba.
Jika kita kembali merenungkan soal eusebeia, maka kita akan menemukan kedalaman makna. Bahwa ibadah, -langkah mendekatkan diri kepada Allah- akan menghasilkan kehidupan yang saleh untuk dinikmati sesama. Janggal jika kita mengaku bahwa kedekatan dengan Tuhan berangsur merapat dan kian intim, tetapi hubungan kita dengan sesama malah merenggang. Mereka yang dekat dengan Tuhan tidak akan terganggu, malah justru menikmati, sebuah kehidupan yang berdampak bagi sesama.
Demikianlah kesalehan menjadi produk utama dari kehidupan ibadah yang kita jalani. Doa kita, Sahabat, keduanya (ibadah dan kesalehan) menjadi hal yang melekat bak dua sisi mata uang di dalam kehidupan kita bersama. [JP]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1: Apa tujuan Anda dalam beribadah?
P2: Setelah memaknai kembali ibadah yang sejati, apa langkah konkret yang bisa Anda lakukan untuk kembali kepada esensi ibadah yang sejati?