“ Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.” (Amsal 24: 16)
Kali ini pohon jambu saya berbuah banyak. Pohon ini berulang kali terserang hama setelah berhasil berbuah 2 (dua) kali. Saya menebangnya dengan terpaksa karena sudah putus asa mengobatinya – namun suatu hari, dari batang besar bekas tebangan pohon itu, kembali muncul dahan kecil dan tumbuh menjadi sebuah pohon baru. Namun hama kembali datang, pohon itu gagal berbuah, daun-daun kembali menghitam, berlubang-lubang. Saya pikir pohon itu akan mati. Saya sudah bertekad untuk membiarkan pohon itu mati dan tidak akan berharap lagi. Namun lihatlah, tiba-tiba pohon itu menjadi rindang, tunas-tunas baru bertumbuhan, dan hari ini berbuah banyak. Saya dengan gembira mengumpulkan buah-buah yang telah matang, mencucinya dan mulai memakan buah-buah itu dengan wajah tersenyum. Pohon saya telah berjuang dengan susah payah setelah berkali-kali hampir mati.
Seorang ibu muda berjuang memberi bayinya susu setetes demi setetes dengan pipet supaya bayi kecilnya yang tidak terlahir dengan refleks menyedot, tidak kelaparan atau kekurangan gizi. Perempuan lainnya mungkin tidak sabar menunggu suaminya berangkat kerja supaya ia terbebas dari ancaman KDRT. Penunggu pasien ICU diam-diam bernafas lega setiap kali satpam memanggil nama orang lain. Perjuangan setiap orang berbeda-beda, sebagian berujung tragedi, sebagian berakhir menjadi komedi, sebagian lainnya menjadi kesuksesan pribadi. Hama kehidupan ada bagi setiap orang. Ada hama yang langsung mematikan, ada hama yang tampaknya ringan, namun susah diobati. Setiap orang harus berjuang, berat atau ringan berbeda-beda tanggungannya. Kadang kita gagal, hama mengalahkan kita. Kita hampir mati. Tapi ternyata kita masih hidup, kita bisa bangkit dan berjuang lagi, atau menyerah dan membiarkan ‘nasib’
menenggelamkan kita.
Daud gagal namun ia mau ditegur, menyadari kesalahannya. Yudas gagal, lalu ia menyerah dan mati sendirian. Petrus juga gagal berkali-kali namun ia berdamai dengan dirinya sendiri ketika penyesalannya berbuah pertobatan. Bagaimana dengan kita ? [RH]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1 : Mengapa penting bagi kita untuk memiliki mental yang sehat dan jiwa yang kuat ?
P2 : Apa komitmen dan rencana tindakan Anda untuk tetap kuat ketika menghadapi ujian dan pencobaan hidup ?
Bacaan : 1 Raja-Raja 8-10