“Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.” (Ibrani 13:6)
Ada satu kisah tentang seorang petani yang menanam jagung unggulan dan selalu memenangkan penghargaan. Suatu hari, seorang wartawan mewawancarainya dan belajar sesuatu yang penting, yaitu rahasia sukses petani tersebut. Wartawan itu menemukan bahwa sang petani membagikan benih jagungnya kepada tetangganya. “Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda lalu bersaing dengan mereka dalam kompetisi yang sama tiap tahunnya?” tanya wartawan itu. “Kenapa?” ucap sang petani, “Apakah Anda tidak tahu? Angin menerbangkan serbuk sari dari jagung yang akan berbuah dan membawanya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jika tetangga saya menanam benih jagung yang jelek, maka ketika terjadi serbuk silang akan menurunkan kualitas jagung saya. Jika saya ingin menghasilkan jagung kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus pula.”
Salah satu alasan mengapa orang lupa atau tidak rela berbagi kepada yang lain adalah karena takut tersaingi, takut menjadi tidak lebih hebat dari yang dibantu. Yesus pernah berkata: “Karena kamu telah menerima dengan cuma-cuma, maka berikanlah juga dengan cuma-cuma”. Dari banyak pengalaman dan bukti dalam kehidupan, betapa besar misteri dalam memberi. Orang yang semakin banyak memberi akan semakin berkelimpahan, yang semakin sedikit memberi akan semakin berkekurangan. Jika kita memberi dengan kasih dan tidak ingin dibalas, kita akan mendapatkan lebih banyak dari Tuhan melalui orang lain.
Jika kita ingin menuai kebaikan, harus memulai dengan menabur kebaikan kepada orang-orang di sekitar kita. Jika Anda ingin hidup makmur, Anda harus memulai dengan menolong orang-orang di sekitar Anda untuk meningkatkan taraf hidupnya. Demikian juga jika Anda ingin bahagia, Anda harus menabur kebahagiaan dalam hidup orang lain. Bahkan meskipun mereka adalah kompetitor kita, mungkin juga mereka adalah hater atau sama sekali tidak kenal dengan kita, mari kita peduli untuk kebaikannya. Pada saat kita melakukannya dengan tulus, kita bukan saja membuat hidup mereka lebih baik, tetapi juga hidup kita. [MM]
P1: Apa saja korban yang berkenan kepada Tuhan. Sikap seperti apa yang harus kita miliki dalam Firman hidup menurut Firman di atas.
P2: Apa yang Anda rindukan agar Allah mengerjakannya dalam hidup Anda? Bagaimana usaha Anda menunjukkan kasih dan kepedulian kepada keluarga dan sesama?