“Jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.” (1 Yohanes 2:1)
Seorang penemu bernama Charles Kettering menyarankan agar kita belajar dari kegagalan secara arif. Ia berkata, “Saat Anda gagal, analisalah permasalahannya, dan temukan jawabannya, karena setiap kegagalan adalah satu langkah maju menuju puncak kesuksesan.
Jika Anda takut gagal, Anda tidak akan pernah mencoba.” Kettering memberikan tiga nasihat untuk mengubah kegagalan menjadi kesuksesan: (1) Jujurlah dalam menghadapi kekalahan; jangan berpura- pura sukses. (2) Manfaatkan kegagalan kita; jangan membuangnya begitu saja. Ambillah semua pelajaran dari kegagalan itu. (3) Jangan jadikan kegagalan sebagai alasan untuk tidak mencoba lagi.
Nasihat bijak Kittering yang praktis itu mengandung makna yang dalam bagi orang kristiani. Paulus mengajar bahwa Roh Kudus terus-menerus bekerja di dalam kita untuk menyelesaikan pekerjaan “menurut kerelaan-Nya”, (Filipi 2:13) jadi kita pun tahu bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Kita memang tidak dapat meminta kembali waktu yang hilang. Kita pun tidak dapat selalu berbuat benar, meski kita harus selalu mengusahakannya. Sebagian akibat dosa kita tidak dapat ditarik kembali. Namun, kita masih dapat memulai lagi dari awal karena Yesus selalu menanti kita untuk menyediakan pertolongannya. Rahmatnya selalu ada yang baru pada setiap hari.
Ketika kita gagal: 1. Tetaplah Menjaga Hati. Hartamu bahkan hidupmu adalah hatimu. Perkenanan Tuhan tidak melihat prestasi tetapi hati. Menjaga hati sama dengan menjaga kehidupan. Keadaan yang paling buruk boleh terjadi, tawaran yang paling menggiurkan boleh datang, tetapi hati harus tetap berpaut pada Firman Tuhan. 2. Cobalah dengan Lebih Baik. Tuhan selalu ingin memberi lebih kepada umat-Nya dalam segala hal. Oleh karena itu, hentikan kebiasaan untuk merasa ‘cukup’ atau ‘biasa saja’. Lakukan terobosan!
Sangat penting untuk tahu bagaimana harus mengambil hikmah dari kegagalan adalah kunci untuk terus bertumbuh dalam kasih karunia. Dengan setia dalam doa dan merenungkan Firman Tuhan. [MM]
P1: Mengapa kita memerlukan pengantara pada saat kita berbuat dosa. Apa yang dimaksud dengan adil pada nats di atas?
P2: Kegagalan apa yang mungkin berulang dalam kehidupan kerohanian Anda dan bagaimana Anda mangantisipasinya, bagaimana Anda biasanya menghadapi kegagalan dalam hidup Anda?