You are currently viewing KEKUDUSAN BAIT ALLAH
  • Post category:Artikel

KEKUDUSAN  BAIT  ALLAH 

“Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?” (1 Samuel 2:29)

Setiap tahun Hana pergi ke Silo untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Suatu kali ketika Hana sedang berdoa sambil menangis, Imam Eli yang dekat tiang pintu bait suci memperhatikannya. Imam Eli mengamati mulut Hana yang bergerak-gerak, namun tidak ada suara yang terdengar. Sehingga disangkanya Hana adalah seorang perempuan pemabuk, namun Hana mengatakan bahwa dia sedang mencurahkan isi hatinya dihadapan Tuhan. Mengetahui itu Imam Eli berkata : “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya”. Maka setahun kemudian Hana mengandung dan kemudian dia melahirkan seorang anak laki-laki, Samuel.

Dalam kisah di atas Imam Eli dipakai Tuhan untuk menyampaikan jawaban untuk doa Hana yang merindukan kehadiran seorang anak, karena selama ini dia merupakan perempuan yang mandul. Namun ada dosa Imam Eli, dia membiarkan kedua anak laki-lakinya yang tidak menjaga kekudusan rumah Tuhan. Hingga ketika orang Filistin datang menyerbu dan merampas tabut perjanjian Tuhan, mereka membunuh keduanya yang berada dekat tabut perjanjian Tuhan. Itu  sesuai dengan firman Tuhan yang disampaikan oleh seorang abdi Allah yang datang kepada Imam Eli (1 Samuel 2:27). Bukan itu saja hukuman Tuhan, ketika Imam Eli mendengar berita itu maka dia sangat terkejut sehingga jatuh dari kursinya dan meninggal.

Dalam Perjanjian Lama, Roh Tuhan bersemayam di Bait Allah dimana terletak tabut perjanjian Tuhan. Anak-anak Imam Eli tidak menjaga kekudusan Bait Allah dengan mengambil bagian terbaik dari korban sembelihan yang dipersembahkan kepada Tuhan, sehingga mereka dihukum Tuhan. Imam Eli sebagai orang tua mereka juga menerima hukuman Tuhan karena ikut menikmati kejahatan anak-anaknya dan tidak pernah mencegah perbuatan anak-anaknya. Dalam Perjanjian Baru, setelah peristiwa Pentakosta maka yang menjadi Bait Allah adalah setiap orang percaya. Setiap orang percaya adalah juga merupakan Imam (1 Petrus 2:9), yang bila tidak menjaga kekudusan tubuhnya, maka Tuhan akan membinasakannya seperti yang terjadi pada Imam Eli dan keluarganya. [PH]

P1 : Apa pesan firman Tuhan untuk kita sebagai Imam Bait Allah?

P2 : Apa yang harus saya lakukan agar terhindar dari murka Tuhan?

Bacaan : Yosua 13-15