“Filipus mempunyai empat anak dara yang beroleh karunia untuk bernubuat.” (Kisah Para Rasul 21:9)
Hari masih pagi, ketika Filipus membangunkan anak-anaknya. Meskipun enggan untuk bangun, mereka membuka mata juga. Di kamar itu Filipus sudah memegang gitar. Mereka segera memulai doa pagi. Filipus dan istri serta ke-empat anak mereka menyanyikan puji-pujian dan penyembahan. Begitu syahdu lagu yang mereka naikkan. Istri Filipus kemudian membuka kitab suci dan mengajak anak-anak untuk membaca bergantian. Setelah itu Filipus menerangkan nats yang baru saja mereka baca. Begitulah mereka memulai hari. Filipus dan istri berusaha memberikan teladan hidup yang baik. Bagaimana hidup seturut firman.
Kisah di atas adalah imajinasi penulis. Yang berusaha menggambarkan bagaimana proses pendidikan rohani di keluarga Filipus. Alkitab mencatat bahwa anak-anak Filipus mendapatkan karunia roh untuk bernubuat. Pasti karunia itu diberikan kepada mereka karena tingkat kerohanian mereka yang tinggi. Dan rasanya keluargalah yang menjadi lembaga bagi anak-anak itu belajar kerohanian. Ada teladan iman yang dicontohkan oleh orang tua. Seyogyanya ada disiplin rohani yang diterapkan di keluarga itu. Ada proses rohani yang terus menerus dijalankan di dalam keluarga yang memungkinkan lahirnya anak-anak yang mencintai Tuhan.
Keluarga seharusnya menjadi lembaga pertama yang memberikan pendidikan rohani bagi setiap anak. Mereka seharusnya menjadi wadah bagi anak untuk melihat contoh kehidupan. Orang tua sepantasnya menjadi role model pendidikan rohani. Keluarga menjadi tempat berlindung bagi setiap anggotanya. Anak-anak seharusnya merasa aman, nyaman di dalam keluarga. Mari kita menyadari dan menerapkan hal ini. Sehingga setiap keluarga Kristen dapat menjadi teladan bagi dunia. [CG]
P1: Apakah keluargamu sudah menjadi tempat untuk meneruskan nilai-nilai kebenaran ?
P2: Mulailah dari orang tua memberikan teladan hidup yang baik.