“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Korintus 9:7)
Dalam kondisi menganggur, seorang pria hanya memiliki 1 dollar saja dalam sakunya. Lima puluh sen atau setengah dari harta yang dimilikinya dimasukkan ke dalam kantung kolekte sewaktu ibadah di hari minggu. Pagi hari berikutnya, dia mendengar ada pekerjaan di kota lain. Ongkos bus untuk pergi ke sana adalah satu dollar, namun sisa uangnya hanya 50 sen. Jadi, dia hanya naik setengah perjalanannya dan sisanya akan di tempuh dengan berjalan kaki untuk menuju kantor perusahaan yang menjanjikan pekerjaan tersebut. Tetapi Tuhan menyediakan yang lebih baik baginya. Ketika melewati satu pabrik, dia melihat ada papan pengumuman: ADA LOWONGAN. Dalam kurun waktu hanya setengah jam, dia sudah mendapatkan pekerjaan yang memberikan gaji yang jumlahnya lebih besar dari yang dijanjikan perusahaan yang di kota lain tersebut.
Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Melihat itu Yesus berkata bahwa persembahan janda tersebut lebih banyak dari persembahan orang-orang kaya itu. Pernyataan Tuhan itu sungguh kontroversi dengan kenyataan yang ada. Padahal secara fakta nilai uang yang di berikan oleh orang kaya jauh lebih besar dari pada yang di berikan janda miskin. Tuhan tidak berpikir seperti cara dunia ini. Dunia menilai dari apa yang kelihatan sementara Tuhan menilai berdasarkan ketulusan dan kerelaan. Janda miskin memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, sementara si orang kaya memberi dari kelebihannya.
Dalam keadaan punya lebih dari cukup memang gampang memberi, namun dalam keadaan yang pas-pasan tentu saja membutuhkan keputusan yang berani dalam memberi, mungkin sudah dalam tahap pengorbanan. Mengorbankan kepentingan diri sendiri dan mengutamakan Tuhan terlebih dahulu. Memberi adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada kita. Jadi, memberilah dengan sukacita, dan bukan dengan sedih hati atau karena paksaan. [DS]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1 : Apa yang dimaksud dengan memberi kepada Tuhan?
P2 : Renungkan, persembahan yang bagaimana yang sudah saudara berikan kepada Tuhan?