You are currently viewing KETUKAN BENGKAK
  • Post category:Artikel

“Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8)

Lama kelamaan, habis juga kejengkelannya. Dan kini berganti dengan kejengkelan lain. Setelah berlama–lama ia tak bisa tenang dan tak bisa beristirahat, ia bermaksud menyudahi gangguan itu. Gangguan teriakan di muka pintu rumahnya. Yang disertai ketukan tiada berkesudahan. Jadi kejengkelan itu, kini berganti dengan kejengkelan baru. Agar tak lagi diganggu kegaduhan itu, diturutinya dengan terpaksa, permintaan yang sangat dibencinya itu.

Sebagian Perenung hari ini tentu sudah tak lagi asing dengan kisah ini. Seorang janda terus–menerus memohon kepada Hakim lalim agar haknya dibela. Dan tiada putus Janda itu berteriak serta mengetuk pintu. Pertanda tekad dalam harap masih bersarang di hatinya. Dan saya yakin, ketukan tangannya menghasilkan bengkak. Namun bengkak itulah yang membuahkan titik terang. Perjuangannya tidak sia–sia. Pengharapannya tidak kosong. Tak kunjung putus harap si Janda itu pada sang hakim.

Sahabatku, Para Perenung! Terkadang bahkan sering, jawaban doa terasa begitu lama untuk mencapai kata “ya”. Sudah bukan lagi jemu, setitik asa-pun tak lagi tersisa dalam hati kita. Namun, masih perlukah kita mengetuk pintu Surga? Masih adakah kegigihan kita ‘tuk tetap melancarkan ratapan kepada Tuhan disertai “ketukan bengkak”… “Ketukan yang sudah membabi buta” hingga “jemari” kita membengkak? Sampai kapankah jerit hati kita minta tolong, disuarakan? Mengapa harus lama jawaban dari Tuhan? Lukas 18:8-lah jawaban kuncinya. Tuhan hanya ingin memastikan. Masihkah ada iman di bumi ini. Jika semua permintaan kita terjawab dalam bilangan detik, tak perlu iman dan pengharapan besar kepada Nya.

Jika apa yang kita mintakan terjawab dengan mudah, bukankah kita tak akan menyadari bahwa itu datangnya dari Sang Kristus? Dan dengan demikian kita tak akan mempedulikan keberadaan Tuhan Sang Sumber Berkat itu? Masihkah ada iman pengharapan di hati kita walau setetes saja? Jangan putuslah harap, bertekunlah dengan “ketukan bengkak”mu kepada Sang Penguasa Surga. [AH]

P1: Masihkah iman pengharapan kepada Kristus ”bersarang” di hati saya, ataukah telah putus berharap?? Apa yang menjadi penyebab kita putus berpengharapan pada Kristus??

P2 : Apa bentuk ketekunan yang masih atau akan saya lakukan dalam berharap pada Tuhan?? Masih lancarkah doa – doa kita tembakkan ke surga??