You are currently viewing LUMRAH BELUM TENTU PANTAS
  • Post category:Artikel

“Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak pantas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” (Efesus 5:4)

Netizen Indonesia dilaporkan sebagai netizen paling tidak sopan di Asia Tenggara. Beberapa umpatan dan makian diarahkan kepada beberapa pihak. Pasangan gay yang menikah di Thailand diserbu dengan komentar-komentar yang bukan saja pedas, tetapi juga kasar di media sosial.

Federasi bulu tangkis dunia – BWF juga pernah mendapat perlakuan sama. Kala itu tim buluntangkis Indonesia dipaksa mundur dari ajang All England karena berada dalam sebuah pesawat yang didapati ada penumpang terpapar Covid-19. Sementara ada pemain dari negara lain tetap diijinkan bertanding, padahal berada di pesawat yang sama. Ketidakadilan inilah yang memicu kemarahan publik dunia maya di tanah air.

Bahkan Reemar Martin, seleb Tik-Tok cantik asal Filipina sempat di-bully netizen perempuan Indonesia, lantaran pacarnya mengidolakan Reemar. Demikianlah kebencian telah menggerakkan orang untuk mencaci dan berkata kasar, baik lisan maupun secara tulisan di media sosial.

Ah, zaman sekarang kan hal itu sudah lumrah? Itu semua kan wajar? Jika dipandang dari kacamata kelumrahan dan banyaknya orang yang melakukannya, bisa jadi iya. Namun apa yang banyak dilakukan orang, sudah menjadi tren dan viral; tidak selalu memiliki nilai kepantasan. Nasihat Firman Tuhan menyatakan agar kita menjaga lisan/tulisan dari pernyataan kotor, kosong dan sembrono.

Kita bisa mengikisnya dengan langkah sebaliknya yang dinyatakan pada bagian akhir dari ayat yang kita baca di atas: tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Mensyukuri apa yang kita miliki, berterima kasih kepada apa yang dipercayakan Tuhan dan menikmati semua sebagai bagian dari proses pendewasaan iman. [JP]

P1: Hal apa saja yang dinyatakan tidak pantas dalam ayat di atas?

P2: Bagaimana Anda mengupayakan diri agar senantiasa dapat mengucap syukur kepada Tuhan?