“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yakobus 1:12)
Lazimnya suatu kerajaan, jika seorang raja wafat maka segera diangkat seorang raja pengganti dan biasanya merupakan anak dari almarhum raja tersebut, yang sudah dipersiapkan sebagai putera mahkota. Ketika Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej wafat pada Oktober 2016 lalu, maka Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn dinyatakan menjadi Raja Thailand yang baru, menggantikan ayahnya.
Meskipun tidak seterkenal mendiang ayahnya yang telah memimpin selama tujuh dekade dan sangat dicintai rakyat Thailand, namun sosok Vajiralongkorn, satu-satunya anak laki-laki Bhumibol, dianggap yang paling tepat dan berhak atas tahta dan mahkota Raja Thailand. Rakyat Thailand umumnya menerima pengangkatannya sebagai raja, walaupun belakangan Vajiralongkorn sendiri meminta penundaan penobatan dirinya menjadi Raja Thailand dengan alasan ingin berkabung bersama rakyat. Dengan demikian meskipun berstatus sebagai Raja namun ia belumlah dinobatkan resmi sebagai Raja Thailand. Bergelar Raja namun belum ber-mahkota.
Ketika Yesus, mati di atas kayu salib, DIA -yang hakikatnya adalah Raja segala zaman (1 Tim1:17)- tidak meninggalkan status ke-‘Raja-annya dan kemudian menyerahkannya kepada pihak lain menjadi pengganti-Nya sebagai Raja. Yesus tetaplah Raja Segala Raja dan kerajaan-Nya dari kekal sampai kekal. Namun jika ia seakan akan ‘kehilangan’ status kerajaaannya dan mati terhina seperti orang biasa, IA melakukan itu untuk menunjukkan kasih-Nya yang teramat besar. IA mengajarkan keteladanan dan menyatakan bahwa kasih menuntut pengorbanan, kemenangan menuntut perjuangan. Dalam kedudukannya sabagai Yang Maha Tinggi sekalipun, IA rela merendahkan diri dan menderita untuk membuktikan kerelaan dan ketaatan-Nya (Fil 2:6-8). Dan inilah prinsip yang paling hakiki dalam kekeristenan : memikul salib dengan sukarela dan taat.
Sobat, jika karena kebenaran kita diijinkan Tuhan memikul salib penderitaan dan kehinaan, itu berarti kita sedang mengalami proses memperjuangkan kemenangan dan kemuliaan kekal. Tak ada mahkota, tanpa salib. Selamat Paskah! [SM]
P1: Sikap apa saja yang dinasehatkan penulis kitab Ibrani dalam menghadapi perjuangan “memikul salib”? (Ibrani 12 :1-3)
P2: Apa yang anda akan lakukan agar dapat membawa iman anda kepada kesempurnaan dan meraih “mahkota”?