“Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.” (Maleakhi 2:6)
Awal tahun 2020 dihebohkan dengan berita tertangkapnya seorang Pendeta di Surabaya yang mencabuli jemaatnya yang masih di bawah umur. Aksi tak terpuji yang dilakukan dilakukan sang pendeta itu tentu mencoreng panggilan untuk melayani Tuhan.
Praktik buruk ini mengingatkan kita pada kegagalan imam Eli untuk menjaga kehidupan rohani anak-anaknya. Hofni dan Pinehas dibiarkan melakukan dan menikmati pelanggaran mereka tanpa ada teguran dari Eli. Ketegasan terhadap dosa tidak ditemukan dalam diri Eli sebagai sikap yang seharusnya diteladankan kepada anak-anaknya.
Jauh sesudah itu, setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan, Tuhan mengutus Nabi Maleakhi. Salah satu tugasnya adalah untuk menegur malpraktik yang dilakukan para imam (Mal 2:1-9). Perjanjian-Nya dengan Lewi untuk tugas mulia keimamatan, telah dilanggar oleh para imam kala itu. Menurut ayat 8-9, mereka telah menyimpang dari jalan, membuat umat tergelincir dengan ajaran sesat, sehingga kutuk menjadi konsekuensi yang diterima imam-imam itu.
Memang dalam Perjanjian Baru, setiap orang percaya adalah imamat yang rajani. Namun peran pendeta atau hamba Tuhan sebagai pemimpin yang diteladani, tetap dinantikan oleh umat yang digembalakannya. Sebuah tugas yang berat untuk dijalankan karena ada beban tersendiri, secara khusus tuntutan untuk tampil ‘sempurna’ di depan jemaatnya.
Untuk meminimalisir praktik-praktik buruk dalam keluarga pelayan Tuhan, kebiasaan saling mengoreksi satu dengan yang lain, perlu dikembangkan. Suami-isteri yang terbuka dengan kritik, anak-anak yang dibiasakan dengan berani jujur dan orang tua yang menerima masukan dari anak-anaknya. Dalam kasih ada teguran dan hajaran yang tentu tidak menghancurkan, tetapi sebaliknya, memulihkan dan menyembuhkan. Kasih yang yang menuntun kepada pertobatan setelah melakukan pelanggaran. [JP]
P1: Darai ayat bacaan di atas, apa yang terjadi jika seorang imam mengikuti Tuhan dalam damai sejahtera dan kejujuran?
P2: Apa yang keluarga Anda lakukan untuk menanamkan nilai-nilai luhur kepada setiap anggotanya?