Pdt. Joel Manalu, M.Th
Yohanes 14:23-31
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Yohanes 14:27)
Dua ayat di atas menunjukkan bahwa Allah telah memberikan damai sejahtera dan sukacita kepada kita. Tetapi ada suatu penegasan yang kuat di sini, di mana dikatakan bahwa damai sejahtera dan sukacita itu adalah damai sejahtera dan sukacita yang Yesus miliki. “Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu…”Jelas sekali. Kualitas damai sejahtera dan sukacita tersebut jelas tidak mengikuti tolok ukur dunia.
Kualitas damai sejahtera dan sukacita seperti apakah yang Yesus miliki?
Pertama, damai sejahtera dan sukacita yang Yesus miliki memampukan Yesus untuk tidur dalam badai (lihat Mat. 8:23-27). Dalam teks ini diceritakan bahwa Yesus bersama murid-muridNya naik ke sebuah perahu. Ketika Yesus sedang tidur, perahu tersebut ditimbus gelombang. Ditimbus berarti dihantam secara luar biasa. Murid-muridNya menjerit: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Bayangkan, murid-murid begitu takut hingga tidak menyadari bahwa mereka bersama Dia yang menciptakan lautan samudra.
Sementara apa yang terjadi dengan Yesus? Ia tidur! Mengapa demikian? Satu perkara yang Ia ingin tampilkan: bila kita bertobat dan hidup di dalam Allah, maka dalam keadaan apapun, Allah menyertai kita. Bahkan ketika kita mengalami berbagai macam gelombang badai topan kehidupan yang menyusahkan.
Hal menarik adalah bahwa ketika Anda mengijinkan damai sejahtera Allah menguasai hidup Anda, maka Anda akan disertai dengan otoritas Allah, seperti halnya dengan Tuhan Yesus yang dengan seketika dapat menghardik danau dan danau itu pun teduh. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki damai sejahtera dan sukacita ketika ia menghadapi deraan kehidupan menurut Tuhan Yesus adalah orang yang kurang percaya.
Kedua, damai sejahtera dan sukacita yang Yesus miliki memampukan Yesus untuk menghadapi tragedi berdarah atas diriNya sendiri dalam kisah penyaliban. Mat. 26:1-5 menceritakan kisah mengenai pemberitahuan Yesus kepada murid-muridNya mengenai tragedi yang akan segera Ia hadapi. Ini merupakan pemberitahuan keempat. Bahkan sejak Ia memulai pemberitaan InjilNya, Ia sudah mengetahui bahwa Ia akan menghadapi bahaya tersebut.
Bahkan ketika Ia di Taman Getsemani, menurut Injil Lukas, Ia begitu ketakutannya sehingga peluh atau keringatNya jatuh bertetesan seperti tetesan darah. Tetapi ternyata Ia berkata, “Bapa bukan kehendakKu yang terjadi, tetapi kehendakMu”. Damai sejahtera dan sukacita Allah memampukan Yesus mematuhi kehendak Allah, sekalipun nyawa taruhannya.
Lalu bagaimana kita memiliki damai sejahtera dan sukacita tersebut?
Ketiga, menjadikan Allah satu-satunya harta yang paling berharga. Anda bisa saja menjadi Kristen, sudah bertobat dan lahir baru bahkan melayani Tuhan, tetapi bila bukan Allah satu-satunya harta yang paling berharga, percuma saja. Lihat Mat. 13:44-46.
Keempat, melayani Tuhan dan menghasilkan buah yang baik. Bukan sekadar melayani, bahkan bukan sekadar berbuah tetapi buah yang baik dan kontinu. Lihat. Yoh. 15:16-17.
Damai sejahtera Tuhan sanggup membawa sukacita di tengah permasalahan
Bahan pendalaman:
- Dari manakah sumber damai sejahtera yang sejati?
- Apakah yang terjadi ketika damai sejahtera menguasai kehidupan kita?