“ Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak… “ (Maleakhi 3:3a)
Pada tahun 1800-an, ada sekelompok wanita di Dublin yang setia berkumpul untuk mempelajari Alkitab. Mereka mengalami kebingungan dengan kata-kata dalam Maleakhi 3:3 yang berbunyi: “Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan (a refiner) dan mentahirkan (purifier) perak”. Salah seorang dari para wanita itu berjanji mencari tahu kepada seorang perajin perak dan akan melaporkan kepada mereka apa yang dia temukan tentang hal itu.
Suatu hari sang wanita mendatangi toko pengrajin perak dan tanpa memberitahu tujuan kedatangannya, ia memohon untuk mengetahui bagaimana proses pengilangan perak. Setelah mendengar penjelasan perajin perak mengenai keseluruhan proses, ia bertanya: “Pak, Apakah Anda duduk mengawasi sementara proses penyulingan sedang berlangsung?”
“Oh ya tentu saja, Bu,” jawab si perajin perak, “Aku harus duduk dengan mataku terus tertuju pada tungku pembakaran. Karena jika waktu yang diperlukan untuk pembakaran terlampaui sedikit saja, perak pasti akan cacat (rusak).”
Seketika itu juga, sang wanita menemukan pengertian yang indah dari kalimat “Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak.” Kristus memandang perlu untuk menempatkan anak-anak-Nya ke dalam tungku pemurnian, dan DIA akan duduk dengan tekun mengawasi. Mata-Nya terus-menerus mencermati proses pemurnian karakter agar jangan sampai terlampaui dan merusak karakter yang dikehendaki-Nya.
Ketika wanita itu beranjak meninggalkan toko, tiba-tiba Tukang perak memanggilnya kembali. Ia mengatakan ada hal lain yang harus disampaikan, yaitu bahwa dia hanya tahu kapan proses pemurnian selesai jika dia dapat melihat bayangannya sendiri tercermin dalam perak. Woow!
Bagi anak-anak Tuhan, ujian pemurnian itu tidak datang secara kebetulan, namun ada keterlibatan penuh dari Hikmat dan Kasih Tuhan. Tiap tahapan proses pemurnian itu membawa pengaruh kesalehan hidup orang percaya dan itu adalah gambaran dari proses pendewasaan iman. Pada akhirnya, ketika gambar Kristus direfleksikan di dalam kita, maka karya pemurnian-Nya tercapai. [SM]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1 : Kesalehan hidup seperti apa yang dikehendaki Allah dalam hidup kita ? Bagian mana yang paling dirasakan ‘sulit’ atau menyakitkan dalam proses pemurnian itu ? Kolose 3:1-10
P2: Apa komitmen anda untuk menjalani kesalehan dalam hidup sehari-hari ?