You are currently viewing MENGHASILKAN BUAH YANG BAIK
  • Post category:Artikel

“Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.” (Lukas 6:44)

Pohon yang baik akan dikenal dari buahnya, kita bisa menilai sebuah pohon adalah pohon yang baik saat kita memakan buahnya dan menikmati rasanya yang enak. Kita tak bisa menilai sebuah pohon hanya dari tampilan fisiknya yang terlihat kokoh dan anggun tanpa merasakan buahnya. Demikian juga dengan manusia rohani, kita tak bisa menilai kualitas rohani dan buah rohnya hanya dari tampilan luarnya semata. Karena tampilan luar seringkali menipu, dan seringkali tampilan luar itu memang dibuat seperti itu seolah baik untuk menutupi apa yang sebenarnya ada di baliknya. Kita tak bisa menilai kualitas rohani seseorang hanya dari betapa sopan tutur katanya atau betapa sederhana penampilannya atau juga betapa aktif dia dalam pelayanannya. Terlebih lagi dunia kita hari ini adalah dunia pencitraan, semuanya dikondisikan seperti itu. Dan bahayanya seringkali kamuflase seperti ini digunakan untuk menipu orang lain.

Adalah tugas kita untuk memilah mana yang baik, mana yang berkenan kepada Tuhan, mana yang tipuan semata. Ada orang-orang yang memang punya karunia untuk membedakan roh yang akan dengan mudah dapat membedakannya. Tapi tidak semua orang punya karunia seperti ini, lalu bagaimana kita bisa membedakannya? Alkitab menulis bahwa setiap pohon dikenal dari buahnya, begitu juga kita bisa menilai orang dari buah yang dihasilkannya. Galatia 5:22- 23 menulis Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

Kesembilan buah roh inilah yang seharusnya dihasilkan dari kehidupan orang percaya, standar ini berlaku untuk semua orang percaya baik itu pemimpin rohani, sesama kita, juga diri kita sendiri haruslah menghasilkan buah seperti ini. Jadi kita akan bisa menilai pribadi kita dan pribadi orang lain melalui buahnya. Jangan terlena dengan pencitraan karena namanya pencitraan pasti semuanya akan dicitrakan baik, tapi seperti saat kita menilai sebuah pohon dari buahnya, demikian juga kita harus menilai diri kita dan orang lain dari buah yang dihasilkannya agar kita bsa menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk bisa menilai sesuatu kita juga membutuhkan kepekaan rohani dan hikmat, saat kita merasa kurang berhikmat mintalah maka hikmat itu akan diberikan. [CK]

Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)

P1: Apakah hidup kita sudah menghasilkan buah yang baik, yang bisa dinikmati oleh orang- orang di sekitar kita?

P2: Apa yang masih harus kita lakukan agar bisa menghasilkan buah yang semakin baik?

Bacaan: Mazmur 16-18