You are currently viewing MERENDAH UNTUK BERTUMBUH
  • Post category:Artikel

“berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah. Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” (Amsal 9:9-10)

Kereta yang ditumpangi Kong Zi harus berhenti karena Xiang Tuo bermain di jalan yang akan dilewati Kong Zi. Mereka terus bermain walau kereta Kong Zi sudah ada tepat di hadapan mereka. Karena tidak ingin mengganggu kegembiraan anak-anak, Kong Zi turun dan mendekati anak-anak itu. Kemudian Kong zi berkata kepada Xiang Tuo, “Kamu bermain begitu gembira sampai tidak bisa melihat ada kereta yang mau lewat, apakah kamu tidak sadar bangunan pasirmu menghalangi jalan?” Xiang Tuo bangkit dan balik bertanya, “Dari dulu, setahu saya, sebuah kendaraan hanya bisa melewati jalan atau mengitari sebuah kota. Di manakah ada sebuah kota khusus membuat jalan untuk sebuah kendaraan?” Kong Zi terkejut. Belum pernah seorang anak umur tujuh tahun bisa berdebat layaknya seorang ahli pikir. Sementara anak itu terus bermain, Kong Zi berpikir. Ia lalu mendekati Xiang Tuo untuk menguji kepintarannya.

Konfucius kemudian menguji dan mengajukan beberapa pertanyaan pada anak tersebut :- Gunung apa yang tidak ada batunya ? – Kumpulan air apa yang tidak ada ikan di dalamnya ? – Pintu apa yang tidak bisa ditutup ? – Api apa yang tidak ada asapnya ? – Wanita macam apa yang tidak punya suami ? – Pria mana yang tidak punya istri ?- Kapan siang hari terasa pendek ? – Kapan siang hari terasa panjang ? – Sapi apa yang tidak melahirkan anak ?- Kota yang tidak mempunyai petugas pemerintah ?

Namun, Xiang Tuo mendengarkan semua pertanyaan Kong Zi. Tanpa banyak berpikir ia mulai menjawab, Xiang Tuo dapat mengingat semua pertanyaan itu dengan baik tanpa harus menuliskannya di buku tulis atau mencatatnya di komputer, serta dapat menjawabnya dengan urutan yang benar dan teliti. Kong Zi terkesima dan kagum saat mendengar perkataan yang menakjubkan dari Xiang Tuo. Karena itu, ia bertanya kepada Xiang Tuo, “Maukah kamu jadi guru saya ?” Sejak saat itu kepintaran dan hikmat Xiang Tuo yang tinggi terkenal dan menyebar ke berbagai tempat dan negeri. Namanya tercatat dalam sejarah Cina sebagai guru termuda Konfucius. Seorang filsuf besar sekaliber Konfusius pun tidak malu untuk belajar, bahkan dari seorang anak kecil. Kita bisa belajar apapun dengan baik asal memiliki hati yang mau diajar. [RT]

Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)

P1: Jika kita ingin semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus, sikap hati seperti apa yang memudahkan kita untuk berhasil?

P2: Evaluasi sikap -sikap yang mungkin menjadi penghalang kita dimuridkan dalam Kristus. Rendahkan hati dan bertumbuh dalam kasih karunia.

Bacaan : 2 Tawarikh 23-25