You are currently viewing PEDANG DAN PERISAI
  • Post category:Artikel

“Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.” (Amsal 4:25)

Sebuah kisah dari negeri Tiongkok menceritakan tentang penjual senjata di pasar. Di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang di sebuah pusat keramaian, seorang penjual senjata dengan suara lantang berkoar-koar menawarkan barang dagangannya. “Mari bapak ibu saudara sekalian, saya sengaja datang ke kota ini, untuk membagikan warisan keajaiban pembuatan senjata terbaik di seantero negeri. Semua senjata yang saya jual merupakan senjata dengan kualitas terbaik. Tidak ada yang sanggup menandinginya.” Teriak Sang Penjual Senjata sehingga menarik orang-orang untuk berkerumun. “Contoh Pedang ini, ini adalah pedang terbaik yang pernah ada di dunia, begitu tajam dan kuat. Tidak ada satu baju zirah atau perisai dapat menahan tusukan atau ketajaman pedang ini.” Sambil mendemonstrasikan pedang itu dengan memotong semangka sebagai sasaran tebasan pedang tersebut.

“Dan untuk bapak tentara yang di sana, saya memiliki barang yang cocok sebagai pelengkap tombak yang Anda bawa. Sebuah perisai langka. Perisai ini dibuat dari bahan terbaik, cuma ada satu di dunia ini. Perisai ini akan tahan terhadap semua senjata. Tidak ada yang dapat menembus atau memecahkannya. Perisai ini akan melindungi Anda.” bujuk Sang penjual senjata.

Lalu serta-merta seorang anak muda yang sedari tadi mendengarkan penawaran itu, mengajukan pertanyaan, “Jika pedang yang tadi yang sanggup menembus semua besi, di pertempurkan dengan perisai yang ini, siapa yang akan menang?” Pertanyaan itu mengakhiri semua perkataan Sang penjual senjata.

Sahabat NK, memang dalam kehidupan seringkali kita dengan mudah mengeluarkan perkataan seharusnya begini dan begitu, menurut Firman Tuhan begini dan begitu. Kita sangat sibuk menasihati, menegur, dan bahkan menggurui orang lain. Tetapi tanpa disadari, kehidupan kita hanyalah baru sebatas teori, dalam praktek kehidupan nyata hanyalah nol besar. Jangan sampai, ketika mulut kita sibuk mengkoar-koarkan nilai kebenaran, kehidupan nyata kita sehari hari menjadi cibiran orang di sekeliling kita. [RT]

P1: Apakah kenyataan perbuatan kita sudah sesuai dengan standar yang kita perkatakan atau pertontonkan pada orang lain?

P2: Mulailah lebih banyak melakukan hal yang benar seturut Firman Tuhan untuk memperkenalkan Kristus bagi tiap orang di sekitar kehidupan kita.