You are currently viewing PERAN NAHKODA KAPAL KELUARGA
  • Post category:Artikel

“Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.” (Maleakhi 2:15)

Sebuah rangkaian mata rantai kekuatannya terletak pada rantai yang terlemah. Jika ada rantai yang terdiri dari besi, kayu dan plastik maka kekuatan rantai tersebut ada pada bagian plastik atau kayunya artinya walaupun mata rantai besi itu kuat namun berbicara mengenai kesatuan maka ukuran kekuatan sebuah rangkaian ditentukan oleh titik terlemahnya. Demikian dengan sebuah keluarga juga kekuatannya ditentukan dari titik terlemah di anggota keluarganya. Keluarga diibaratkan sebuah kapal yang sedang mengarungi samudra yang penuh bahaya dan keselamatan kapal tersebut sangat ditentukan oleh nahkoda kapal. Kemampuan kapten membawa kapal mengikuti jalur yang aman menghindar dari bahaya laten, yaitu karang laut dibawah laut yang tidak terlihat sangat menentukan keselamatan awak kapalnya (anggota keluarganya). Sedangkan iblis cara kerjanya adalah dengan menebar jebakan-jebakan di setiap titik lemah anggota keluarga kita untuk menghancurkan keluarga seperti karang laut yang tidak terlihat tersebut. Bagaimana peran nahkoda kapal dalam menjaga anggota keluarganya agar tidak tertipu dengan jebakan yang iblis tebar inilah yang harusnya menjadi fokus hidupnya.

Seorang penulis bernama John Mark Green memberikan quote “Toxic people attach themselves like cinder blocks tied to your ankles, and then invite you for a swim in their poisoned waters.” yang artinya “Orang-orang beracun menempelkan diri mereka seperti balok batu bara yang diikatkan ke pergelangan kaki Anda, dan kemudian mengundang Anda untuk berenang di perairan beracun mereka.” Peradaban dunia milenial yang cenderung bersifat hedonisme sering kali dimanfaatkan iblis untuk meracuni dan membuat tumpul nalar kaum milenial sehingga mental generasi milenial ini sudah tidak lagi mengandalkan Tuhan dan hidup secara egosentris. Sehingga esensi hidup kristiani semakin memudar tenggelam bersamaan kuatnya arus perubahan jaman yang semakin tidak terbendung. Melihat situasi dan kondisi yang seperti ini, harusnya kepala rumah tangga sangat membutuhkan pimpinan Roh Kudus dalam kehidupan kristiani. Jadi fokuslah pada pelayanan dari dalam keluarga terlebih dahulu, perkuat setiap mata rantainya agar pelayanan ‘keluar’ kita memberkati seluruh area kehidupan. DS]

P1 : Coba dipahami makna ‘keturunan ilahi’ dalam ayat di atas?

P2 : Apakah sebagai kepala keluarga sudah menggembalakan anggota keluarga hingga memiliki iman yang teguh?