You are currently viewing POHON PLUM PINGGIR JALAN
  • Post category:Artikel

“Namun ia ditanam di ladang yang baik, dekat air yang berlimpah-limpah, supaya ia bercabang-cabang dan berbuah dan supaya menjadi pohon anggur yang bagus.” (Yehezkiel 17:8)

Saat sedang menunggu bus di halte dekat sebuah pasar Vietnam, saya melihat ada sebuah pohon yang berbuah lebat. Buahnya kelihatan ranum, tapi saya tidak tahu apa nama buahnya. Saya memetik satu dan mencoba membelahnya untuk melihat isinya. Nampaknya enak tapi saya tidak berani memakannya. Setelah bertanya kepada “Mbah Google”, akhirnya ketahuan bahwa ternyata itu adalah buah Plum.

Saya heran karena pohon Plum yang saya temui di pinggir jalan itu bisa berbuah sangat lebat. Selain itu, buahnya pun tidak ada yang busuk dimakan hama. Memang saya tidak mencoba rasanya, entah itu asem, pahit atau manis. Tapi intinya adalah pohon itu dapat berbuah lebat, tanpa adanya pupuk dan perawatan yang umumnya diberikan untuk pertumbuhan pohon Plum.

Setelah dipikir dan direnungkan, saya pun mendapatkan jawaban atas keheranan saya. Jawabannya ada dalam nats ayat di atas, yaitu “ia ditanam di ladang yang baik”. Ladang yang baik berbicara tentang tempat dimana pohon itu berada, yakni tanah dengan kadar air dan berbagai mineral yang cukup untuk pohon itu. Tanah yang baik menjadi prasyarat penting agar sebuah pohon dapat bertumbuh-kembang dengan baik. Juga tersedianya suplai air yang mencukupi, akan semakin menjamin pohon bertumbuh lebat.

Nah, bagaimana dengan kita sebagai anak-anak Tuhan? Ibarat sebuah pohon, kita akan bertumbuh dan menghasilkan buah bila kita berada di ladang yang baik. Dalam hal ini, ladang itu merepresentasikan keluarga, pergaulan, gereja, atau komsel serta tempat dimana kita sering berada. Di manakah selama ini kita paling sering berada? Apakah mungkin itu menjadi penghambat pertumbuhan iman kita? Apakah itu juga menghambat kita berbuah di dalam Kristus? [BT]

P1: Apakah makna “ladang yang baik” dan “air yang berlimpah-limpah” dalam nats di atas?

P2: Renungkanlah dan introspeksi, apakah selama ini saudara tidak berbuah karena saudara berada di “ladang yang tidak baik”?