“…Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, … anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN.” (Mazmur 128:1-4)
Salah seorang dari saudara kami sempat mencurahkan kekecewaan terhadap anggota keluarganya khususnya kepada anak-anaknya. Dia merasa tidak lagi dihargai dan didengar nasihatnya. Lalu memohon agar saya dapat membantu menasihati anaknya karena dia merasa bahwa saya lebih didengar omongannya daripada dia sebagai ayah.
Saudara kami ini seorang pebisnis yang handal, hari-harinya diisi dengan kesibukan bisnisnya yang digelutinya sehingga tidak mempunyai waktu untuk membangun komunikasi yang baik dengan keluarganya. Kami sebagai kakak memahami dan melihat betapa hebat potensi bisnis yang dimiliki oleh adik kami ini. Setiap kali bertemu dengan kami selalu cenderung dominan mengutarakan kemampuan dan ide ide bisnisnya. Namun ada kekurangan terbesar yang kami tangkap yaitu: KURANG MENDENGARKAN.
Komunikasi yang terjadi adalah satu arah dan cenderung menegur, memerintah atau menasihati. Semua anak-anaknya sudah jenuh berbicara dengan orang tuanya sehingga terbentuk benteng penolakan terhadap apapun yang disampaikan orang tuanya. Kurangnya kedekatan antara orang tua dan anak dapat menghasilkan fenomena “Alone Together” alias asyik dengan kesibukan masing-masing walau secara fisik dekat satu sama lain.
Kami mempertemukan orang tua dengan anak untuk membicarakan hal ini dan terjadi proses konseling santai dengan goal setting-nya mereka harus membangun dan menjadwalkan secara berkala QUALITY TIME. Sang ayah menyediakan waktu bagi anak anaknya dengan tidak menceramahi anak tapi cenderung mendengarkan. Sang anak berani mengutarakan semua hal yang tersimpan selama ini dan juga belajar untuk memahami perasaan hati orang tuanya dan yang terlebih penting ada kesepakatan sekeluarga untuk beribadah mencari hadirat Tuhan bersama dalam satu gereja. Ketika seorang ayah sudah berfungsi sebagai IMAM dalam keluarganya maka berkat seutuhnya akan diterimanya. [DS]
P1: Apa yang dimaksud dengan takut akan Tuhan dalam ayat di atas?
P2: Bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari hari?