You are currently viewing RITUAL KEDEWASAAN
  • Post category:Artikel

“Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” (Efesus 4:13)

Di beberapa daerah di dunia, ada tradisi budaya yang dilakukan oleh beberapa suku tertentu untuk menyambut kedewasaan seseorang. Seperti misalnya pemuda Suku Hamar di Ethiophia harus melakukan ritual lompat sapi sebelum diizinkan menikah. Mereka memulai ritual ini dengan mencambuk pemuda tersebut di depan keluarga dan teman-temannya. Selanjutnya pemuda tersebut harus melompat di atas punggung empat sapi yang dikebiri. Setelah lolos melalui ritual ini, sang pemuda dianggap sudah dewasa dan baru diizinkan untuk menikah.

Bagi masyarakat suku Fula di Afrika Barat justru tato di wajah yang dianggap sebagai tanda kedewasaan. Para gadis suku Fula harus memiliki tato di wajah mereka jika mereka ingin menikah. Tato tersebut dibuat dengan menggunakan sepotong kayu yang tajam. Seorang gadis yang sudah memiliki tato ini dianggap sudah dewasa dan baru diizinkan untuk menikah.

Suku Aborigin di Australia memiliki tradisi yang lain lagi, yaitu mengirim para pemuda ke padang gurun selama enam bulan untuk menguji apakah mereka telah siap menjadi pria dewasa. Seperti bertualang, mereka harus bertahan hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Setelah berhasil bertahan hidup dan melewati rintangan pada saat melakukan ujian ini, mereka dapat kembali ke rumah dan dinyatakan telah menjadi laki-laki sejati.

Jika ritual kedewasaan ini dilakukan di suku-suku tertentu untuk menentukan apakah mereka sudah layak menjadi orang dewasa atau tidak, bagaimana dengan kehidupan kerohanian kita? Apa yang menjadi tolak ukur bahwa kita sudah layak disebut dewasa rohani?

Ternyata kedewasaan rohani kita ditentukan dari seberapa kita hidup saleh dalam kehidupan kita sehari-hari. Hidup saleh artinya hidup taat kepada perintah-Nya dan hidup menjaga kekudusan di tengah-tengah dunia yang semakin rusak. [FP]

Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)

P1: Mengapa kerohanian kita harus bertumbuh dewasa?

P2: Hal apakah yang akan Anda lakukan agar Anda dapat mengalami pertumbuhan rohani?