You are currently viewing RUMAH TUHAN
  • Post category:Artikel

“Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” (2 Korintus 9:6)

Gembala kami memiliki kerinduan membangun gedung ibadah yang permanen. Sebagai jemaat, kami bersyukur memiliki Gembala dengan visi besar. Kami juga yakin bahwa kesempatan menabur untuk pembangunan Rumah Tuhan seperti ini merupakan suatu kehormatan dan karunia yang tidak datang banyak kali dalam hidup.

Di sebelah rumah kami adalah tanah kosong seluas kira-kira 150m2. Meski sudah beberapa tahun tinggal di sana, kami belum memiliki keberanian untuk membeli tanah di sebelah rumah ini. Terlebih karena setelah tanahnya dibeli, developer mengharuskan kami untuk langsung membangunnya juga. Mungkin untuk sebagian orang terasa mudah, tapi bagi kami biaya ini perlu kami bawa dalam doa dan pergumulan.

Akhir 2013, kami memberanikan diri untuk membeli tanah itu dan membangunnya. Biayanya cukup besar bagi kami, ditambah lagi biaya dokumen di notaris dan sebagainya. Di saat yang sama, Gembala kami membuka kesempatan bagi yang rindu untuk memberikan lagi persembahan bagi pembangunan Rumah Tuhan. Saat itu, suami dan saya sehati untuk memberikan sejumlah persembahan. Meski kami sedang membutuhkan sekali uang tersebut, tapi kami percaya persembahan ini akan menyukakan hati Bapa.

Suatu siang, beberapa minggu berselang, tepat 3 hari sebelum penandatanganan akta notaris, saya berada di sebuah tempat fotokopi di daerah Cihampelas. Masih lekat dalam ingatan ketika suami menghubungi saya dan menceritakan bahwa ia baru saja mendapatkan berkat yang luar biasa, yang nilainya tepat 3 kali lipat dari nilai persembahan yang kami berikan. Saya tertegun, menangis, berdoa kepada Tuhan. Betapa ajaib Tuhan!

Tanah di sebelah rumah berhasil kami beli dan bangunannya juga dapat diselesaikan. Semua hanya karena AnugrahNya. Saat kami bisa membuka rumah itu untuk komsel, sukacita kami melebihi segalanya. Hingga hari ini, pengalaman rohani kami ini menjadi suatu pegangan yang tidak terlupakan bahwa Tuhan Yesus adalah Bapa kita yang sangat baik. [EI]

P1: Apa yang dimaksud dengan ladang Tuhan? Mengapa Tuhan mau kita belajar menabur di ladangNya ?

P2: Hal apakah yang selama ini seringkali menahan kita untuk belum atau tidak mau menabur di ladang Tuhan ?