You are currently viewing SEBUAH KOIN PENYOK
  • Post category:Artikel

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5)

Seorang lelaki berjalan tak tentu arah. Sudah lama ia menganggur, kondisi keuangan keluarganya memprihatinkan. Anak-anak sudah lama tidak dibelikan pakaian, dan ia tidak dapat membelikan istrinya perabot rumah tangga yang layak. Ia juga tidak yakin perjalanannya kali ini akan memberinya pekerjaan.

Ketika sedang menyusuri jalan, kakinya terantuk sesuatu. Ia membungkuk dan mengambilnya, ternyata sebuah koin kuno yang sudah penyok. Meski begitu, ia membawa koin ke sebuah bank. “Sebaiknya koin ini bapak bawa ke kolektor uang kuno” saran teller. Lelaki itu membawa ke kolektor; beruntung koin dihargai 30 dolar. Ia sangat senang dan memikirkan apa yang hendak dilakukan dengan uang tersebut. Ketika melewati toko perkakas, dilihatnya kayu yang sedang diobral; ia berpikir dapat membuatkan istrinya sebuah rak. Seluruh uang dibelikan kayu, lalu dipanggulnya menuju rumah. Dalam perjalanan, ia melewati bengkel pembuat mebel. Pemilik bengkel melihat kayu dengan mutu bagus, menawar 100 dolar. Lalu lelaki itu melihat ada sebuah lemari yang pasti disukai istrinya. Ia menukar kayu dan meminjam gerobak. Di tengah perjalanan ia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya terpikat dan menawar 200 dolar. Ketika lelaki itu tampak ragu, ia menaikkan tawarannya menjadi 250 dolar. Lelaki itu setuju, mengembalikan gerobak, lalu pulang.

Di pintu desa ia berhenti sebentar, ingin memastikan uang yang diterimanya. Tiba-tiba seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang, lalu kabur. Istri lelaki melihat, lalu berlari dan bertanya pada suaminya, “Kamu baik-baik saja? Apa yang diambil perampok tadi?” Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh …. bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi.”

Dengan belajar mensyukuri dan mencukupkan diri dengan apa yang kita miliki, kita akan terbebas dari keserakahan. Jangan kita menjadi hamba uang. Tuhan berjanji tidak akan pernah membiarkan dan meninggalkan kita. Dialah pemelihara hidup kita sesungguhnya. [DP]

P1: Bagaimana sikap saya ketika saya mengalami kekurangan dan kelimpahan? Adakah disertai rasa ucapan syukur kepada Tuhan, dan apa dampaknya?

P2: Apa yang akan kita perbuat secara konsisten agar terbebas dari keserakahan?