You are currently viewing SEMERBAK KEMUNING FAJAR
  • Post category:Artikel

“Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga.” (Kidung Agung 2:15)

Benda selular yang tergeletak sekitar semeter dari tubuh saya, secara pintar mengeluarkan nada gaduh yang membuat saya berpindah dari alam mimpi. Seketika saya terjaga sembari menjatuhkan pandangan ke tirai kamar. Belum sedikitpun cahaya kuning yang menembus tirai. Ya, sang Surya belum datang menyapa.

Saya bergegas membersihkan rongga mulut, dilanjut menyambangi serambi rumah. Kursi bambu di sana memanjakan tubuh saya yang bermaksud mengumpulkan nyawa. Tanaman kerdil di sebelahnya memamerkan kemilau kuntum-kuntum kecilnya yang putih nan merona. Tanaman dengan panggilan tenar: Kemuning itu, mengeluarkan juga banyak buah. Sayangnya, tiadalah berguna buahnya yang merah kuning pekat serba menggerombol itu. Sementara, semerbaknya begitu memikat penciuman saya. Namun, apalah juga gunanya aroma sedapnya itu. Dan, perenungan saya terus bergulir seiring Mentari menatap saya dengan pancaran “selamat pagi”-nya.

Ayat yang terbaca fajar itu, Kidung Agung 2:15 makin membawa kalbu saya ke perenungan makin mendalam. Tuhan Allah kita menghendaki kita untuk hidup berbuah bagi sesama dan bagi Kerajaan-Nya. Tetapi apa yang terjadi pada diri kita? Kita lebih memilih menjadi “bunga”. Ya, kita hanya sibuk memancarkan pesona diri, kita berusaha membentuk citra diri demi tersorot publik. Ingin terlihat paling baik, paling hebat, paling rajin, bla bla bla…

Kita hanya menyibukkan diri memunculkan “aroma” demi pengakuan keberadaan kita di hadapan sesama. Dan, kalaupun berbuah, buah kita kerdil bahkan tak menjadi berkat bagi sesama, hanya demi diri sendiri jua. Ahh, alhasil, dosa-dosa kecil laksana rubah kecil yang jahil… Itulah yang makin merusak “kebun anggur” pengiringan kita pada Tuhan. Jadi bagaimana? Masih puas hanya mencapai tahap kehidupan “berbunga” demi eksistensi diri semata?

Atau, kita sudah tersadar untuk berusaha berbuah manis bagi sesama dan bagi Sang Kristus? [AH]

P1: Sudahkah saya benar – benar berbuah bagi sesama demi kemuliaan Kristus? Kalau belum mencapai tahap itu, apa penyebabnya? Apa dosa-dosa kecil yang “mengerogoti”nya?

P2: Tindakan nyata apa yang akan saya lakukan untuk membersihkan diri dari berbagai dosa kecil demi pencapaian kehidupan yang berbuah?