“Ya kekuatanku, aku mau berpegang pada-Mu, sebab Allah adalah kota bentengku”. (Mazmur 59:10)
Cha Huilan adalah seorang yang tinggal di pegunungan China. Setiap hari Huilan harus menggantungkan nyawanya pada seutas lintasan kabel setiap ingin menyeberang sungai Nu untuk dapat menjalani hidupnya. Menggunakan perahu adalah hal yang mustahil bagi penduduk Lazimi tempatnya Huilan tinggal, karena tepian sungai sangat tinggi dan terjal. Jalan dan jembatan juga tidak mungkin dibangun di atas sungai Nu yang berbatu dan berbuih karena akan sangat berbahaya dalam membangunnya. Dalam bahasa Tiongkok, sungai Nu berarti “sungai yang marah”. Setiap orang yang menggunakan lintasan kabel tersebut tentunya harus berpegangan erat-erat pada kabel agar dapat selamat sampai ke seberang sungai.
Keadaan seperti itu juga dialami oleh penduduk desa yang berasal dari suku Lisu yang sangat religius. Mereka juga harus melintasi kabel setiap hari Minggu untuk dapat mengikuti ibadah di gereja-gereja terdekat. Konon ada sekitar 20 hingga 30 dusun di China yang kehidupannya bergantung pada bentangan kabel untuk dapat melintasi sungai. Sarana ini sebenarnya sangat membahayakan nyawa mereka karena kondisi kabel terkadang sangat licin dan sulit digunakan pada saat musim hujan, namun memang hanya sarana itulah yang dapat membawa ke seberang.
Kisah Huilan adalah gambaran bagi kehidupan kita orang-orang percaya. Keselamatan kita hanya tergantung pada seutas tali yang telah dibentangkan oleh Bapa untuk dapat kembali kepada-Nya. Tali keselamatan itu adalah Yesus, jalan keselamatan satu-satunya yang disediakan oleh Bapa. Ada banyak hal-hal yang mengerikan di sekitar kita yang dapat membuat kita binasa karena gagal berpegang dengan kokoh dan tekun kepada Yesus.
Berbeda dengan Huilan dan orang sekampungnya yang harus mengandalkan kekuatannya sendiri, kita memiliki Roh Kudus sebagai penolong di dalam kita seperti yang dijanjikan oleh Yesus sebelum Dia naik ke surga. Agar dapat selamat sampai ke seberang kita hendaknya selalu berseru seperti Pemazmur: “Ya kekuatanku, aku mau berpegang pada-Mu, sebab Allah adalah kota bentengku” agar dapat selamat sampai ke seberang. [PH]
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1: Apa yang dikatakan Pemazmur tentang Allah yang dia percayai?
P2: Bagimana agar saya dapat sejalan dengan yang dituliskan oleh Pemazmur hari ini?