“Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.” (Filipi 4:12)
Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Pemuda itu menceritakan semua masalahnya, Pak tua bijak mendengarkan dengan seksama. Lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya,” ujar Pak tua. “Pahit, pahit sekali,” jawab pemuda itu sambil meludah ke samping.
Pak tua tersenyum, lalu mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga yang tenang di belakang rumahnya. Sesampai di sana, Pak tua kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga, dan dengan sepotong kayu, ia mengaduknya. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah.” Saat si pemuda meneguk air itu, Pak tua ini kembali bertanya, “Bagaimana rasanya?” “Segar,” sahut si pemuda. “Apa kamu merasakan pahit dalam air itu?” tanya Pak tua. “Tidak,” sahut pemuda itu.
Sambil tertawa Pak tua berkata, “Anak muda! Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama. Tetapi, pahit yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Rasa pahit itu didasarkan pada perasaan tempat kita meletakkannya. Saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, satu hal yang dapat kamu lakukan, lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan. Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas, tetapi buatlah laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan, dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian. Belajar sabar dan tabah menerima kenyataan.” Hidup yang kita jalani memang penuh masalah, persoalan dan penderitaan. Meskipun demikian, Tuhan menjanjikan bahwa pencobaan yang kita alami tidak akan melebihi kekuatan kita untuk menanggungnya. Mengapa kita tidak memperluas kapasitas hati kita? Saat kita dikelilingi oleh masalah yang setebal karang yang tampaknya sulit untuk kita tembus, tengoklah ke atas dan lihatlah jalan ke luar yang Tuhan sediakan bagi kita [DP].
Perenungan (P1) dan Penerapan (P2)
P1: Mudah atau sulitkah saat Anda menghadapi konflik, tekanan dan masalah? Mengapa?
P2: Langkah nyata apa yang akan Anda lakukan agar kapasitas hati Anda semakin diperbesar?
Bacaan: 2 Tawarikh 30-32