Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga. (Matius 5:16)
Nietzsche, filsuf ateis dari Jerman, pernah berkata, jika ia melihat lebih banyak orang Kristen yang menunjukkan bahwa kehidupan mereka sudah ditebus, ia mungkin akan lebih percaya kepada Penebus mereka. Gandhi, tokoh Hindu India pernah berkata kepada seorang misionaris, “Cara paling efektif untuk penginjilan adalah hidup di dalam Injil, menjalaninya dari awal, pertengahan dan akhirnya. Bukan saja mengkhotbahkannya, tapi hidup menurut terang itu.”
Kesaksian hidup kita, sebagai orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, berpengaruh terhadap cara pandang orang lain kepada Tuhan.
Yesus menegaskan situasi itu dalam salah satu bagian dari Khotbah di Atas Bukit ini. Kita sering terbatas atau malah keliru dalam memandang perbuatan baik. Ada yang mengira bahwa perbuatan baik akan membuat mereka diselamatkan. Atau, berbuat baik supaya nanti mendapatkan balasan di surga. Bisa juga, berbuat bagi supaya dipuji orang.
Yesus meluruskannya. Kita berbuat baik karena kita sudah dikaruniai terang itu, karena kita sudah diterima sebagai anak oleh Bapa di surga. Selanjutnya, kita berbuat baik supaya orang yang melihatnya dapat mengenal dan memuliakan Bapa yang kita sembah.
Bagaimana agar terang kita bercahaya di depan banyak orang? Madeleine L’Engle, seorang penulis novel, memberikan gagasan yang perlu digarisbawahi, “Suatu cara efektif untuk menarik orang datang kepada Kristus bukanlah dengan mencela kepercayaan mereka, atau menuding kesalahan mereka dan menunjukkan bahwa kita lebih benar dari mereka, melainkan dengan memancarkan cahaya yang begitu indah sehingga mereka dengan segenap hati ingin mengetahui sumber cahaya itu.” Apakah cahaya yang lebih indah dari kasih dan kepedulian yang tulus kepada sesama? [AS]
P1: Kesaksian hidup kita dapat menolong orang mengenal dan memuliakan Tuhan.
P2: Bagaimana aku menjalani hidup hari ini, agar orang dapat memuliakan Bapa di surga?